Minggu, 28 Desember 2008
Kunjungan Kekeluargaan Frater Praja Purwokerto
Penutupan th Keluarga-Pembukaan th Formalisme Agama
Dalam perayaan ekaristi Minggu 28 desember dibacakan surat gembala uskup tentang tahun formalisme agama. Sesaat setelah pembacaan surat gembala banner yang dipasang di dalam gereja digulung dan diganti dengan poster tahun formalisme agama. Tepuk tangan mengiringi pembukaan tahun formalisme agama. Umat diajak pula untuk mendoakan doa formalisme agama.
Selain itu panitia menyiapkan lembaran edisi pertama Zine-OBOR berjudul "what is formalisme agama" dan berbagai kegiatan yang bisa diikuti selama tahun formalisme agama. Umat paroki st petrus diajak bukan hanya beriman dalam altar tetapi juga di tengah masyarakat. Ada kegiatan sarasehan dengan bp walikota yang sedianya dilaksanakan bulan februari, rencana diadakannya petugas tatib tiap kali misa agar umat tertata dan tersapa. Umat juga diajak untuk setia mengikuti ekaristi secara utuh (sd selesai) dan menjaga kekhidmatan, juga melakukan kegiatan bersama dengan komunitas lain.
SEmoga kesederhanaan teladan keluarga kudus memampukan umat bersama mengayun langkah mewujudkan kepedulian akan "iman tanpa perbuatan adalah mati". Utinam.
BDifo./tr
Hidup dalam Perdamaian
Perayaan yang dikemas oleh anak muda dengan sajian band dan tarian ini dimulai dengan sambutan panitia, penyalaan lilin dan sambutan romo paroki. Sesudah itu isian band dan tarian dari anak-anak muda. BAgi orang tua yang biasa mendengar "campur sari" acara ini juga mengajak untuk berdamai.
Acara perayaan Natal bersama umat dilaksanakan hari SAbtu 27 desember di aula paroki. Sesaat setelah pelantikan prodiakon paroki umat yang hadir diajak untuk merayakan natal dengan sukacita dan hidup dalam perdamaian. Ketua panitia mengungkapkan bahwa berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti paket sembako, pengobatan gratis, dan nantinya perayaan natal di lapas Pekalongan juga akan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian pada mereka yang bersama merindukan kelahiran Yesus.
BDifo/tr
Menjadi Pelayan Luar Biasa
Pada pesta keluarga kudus ini sejumlah 41 prodiakon paroki dilantik oleh rm Vikjen yang menggantikan tugas Uskup. Dari sekian jumlah tersebut ada 11 perempuan yang ambil bagian dalam tugas prodiakon yang akan menjalankan tugas masa bakti 27 desember 2008 sd 27 desember 2011.
Kemeriahan pelantikan sudah mulai terlihat menjelang perayaan. Dengan alba yang dikenakan beberapa prodiakon sudah memotret diri di ruang pastoran yang ada dekorasi patung keluarga kudus. Belum lagi setelah ekaristi ada pengambilan foto bersama dan beberapa prodiakon juga memotret diri bersama anggota keluarganya. Setelah kurang lebih 4 bulan dipersiapkan mereka akan bertugas membantu imam dalam pelayanan sabda dan komuni. Semoga partisipasi umat beriman makin mempersatukan umat dalam semangat persaudaraan kebersamaan dan komunikasi.
BDifo/tr
Jumat, 26 Desember 2008
Hadiah untuk YESUS
Perayaan Natal Anak berlangsung setelah Misa Natal pagi. Dengan mengambil tempat di aula paroki ratusan anak berkumpul untuk merayakan natal bersama. Hadiah-hadiah diberikan kepada anak oleh sinterklas. Nyanyian bersama selamat hari natal menggema bersama.
MEski hadiah-hadiah diberikan kepada anak-anak, acara juga diisi oleh para frater. Frater Tri dan David mengajak anak untuk memberikan hadiah bagi YEsus. Hadiah apakah yang terindah yang bisa diberikan kepada YEsus? Seorang anak menjawab, "berdoa" sementera anak lain menjawab, "menghormati guru, membantu orang tua". Lalu mereka mendapat hadiah. Sementara malah ada seorang anak umur 2th berani maju kedepan ketika diajukan pertanyaan siapa nama lengkap romo paroki. Sang anak yang maju dengan topi sinterklas diam terpaku. lalu dibisiki sendiri oleh frater. tentu saja jawabanya benar. Ia berani maju karena mau mendapatkan hadiah.
Itulah serangkaian kisah natal di paroki. Perayaan Natal sendiri dirayakan dalam perayaan ekaristi tgl 24 pk 17.00 dan 20.30. sementara tanggal 25 dirayakan pk 07.30 dan 17.00. sementara di stasi-stasi ada tiga kesempatan ekaristi. sragi 24 des pk 16.00, karanganyar pk 08.00 tgl 25 des sementara kedungwuni pk 18.00. stasi kedungwuni yang selama ini amat jarang merayakan natal tepat tanggal 25 kini merayakan natal. sekitar 100 orang hadir dalam perayaan tersebut. Tidak seperti kebiasaan lainnya di setiap kali perayaan ada kesatuan pengamanan, kali ini tidak ada sama sekali. Karena memang tidak ada jadual yang disampaikan kepada pihak pengamanan. Perayaan berlangsung meriah karena sesudahnya merayakan perjamuan bersama.
BDifo/tr
Rabu, 24 Desember 2008
Renungan Natal Rm Y Suratman Pr
Adalah empat orang bersaudara. Pada suatu hari mereka berembug dan bersepakat untuk menuntut ilmu di negeri yang jauh. Kalau ilmu itu sudah diperoleh mereka akan berkumpul lagi untuk mempertunjukkan ilmu mereka masing-masing. Begitulah mereka berangkat sesuai dengan minat mereka masing-masing. Setelah beberapa tahun mereka kembali berkumpul dan sesuai dengan kesepakatan semula mereka ingin menunjukkan ilmu yang mereka peroleh. Yang bungsu dengan bangga berkata, “Aku berhasil menguasai ilmu ajaib. Kalau kau berikan kepadaku sepotong tulang kecil, aku mampu membentuk kerangka utuh makluk yang tulangnya kauberikan kepadaku itu”. Kakaknya tak mau kalah. Ia berkata, “Kalau benar yang kaukatakan, aku bisa melengkapi kerangka makluk itu dengan daging, jantung, paru-paru dan bagian-bagian tubuh dalam yang lain”. Kakaknya yang lain juga tak mau kalah. Ia berkata, “Ilmu yang aku pelajari membuatku mampu untuk membungkus ciptaanmu itu dengan kulit, memasang kuku, kumis, gigi atau taring yang diperlukan hingga menjadi makluk yang lengkap”. Yang sulung tak mau kalah. Ia berkata, “Ilmu yang kalian pamerkan belum apa-apa dibandingkan dengan ilmuku. Aku bisa menghidupkan makluk yang kalian bentuk itu”. Begitu hasil ilmu yang mereka pelajari. Mereka tak berhenti sekedar pamer dengan kata-kata. Mereka setuju untuk membuktikan kebenaran kata-kata mereka. Oleh karena itu berangkatlah mereka ke hutan. Di jalan yang mereka tapaki, si bungsu menemukan sepotong tulang. Tulang itu ia ambil dan dengan ilmunya ia membentuk kerangka suatu makluk. Dua kakaknya yang lain melengkapinya sesuai dengan ilmu yang diperolehnya. Ternyata yang tampak adalah seekor singa yang amat besar dengan kuku dan taring yang tajam. Karena sudah terlanjur basah, yang sulung juga mempertunjukkan ilmunya tak mau kalah dengan adik-adiknya. Ia membuktikan ilmunya dengan menghidupkan makluk itu. Mulailah singa itu hidup, menggeliat dan bergerak dengan mata mengancam karena lapar. Keempat bersaudara itu diterkam satu demi satu dan tamatlah riwayat mereka.
Cerita ini bisa menggambarkan pola kehidupan manusia dalam dunia modern. Salah satu ciri dari kehidupan dunia yang modern yang amat menonjol adalah adanya persaingan. Dalam dunia yang diwarnai persaingan, orang lain atau kelompok lain tidak pertama-tama dipandang sebagai sesama atau sahabat tetapi sebagai saingan yang mengancam atau musuh yang membahayakan. Suasana persaingan atau permusuhan ini, bisa kita temukan dengan mudah dalam dunia perdagangan dan politik. Kericuan dan bahkan kekerasan di sekitar peristiwa pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilu merebak di mana-mana. Semua ini bermuara dari suatu persaingan antarpribadi atau kelompok yang bermata gelap dan bringas seperti singa yang lapar itu. Bahkan suasana itu sudah masuk dalam lingkungan yang mestinya mengejawantahkan persudaraan sejati seperti keluarga dan komunitas religius. Konflik dan perceraian keluarga angkanya meningkat. Pertikaian antar umat beragama juga masih terjadi di beberapa tempat.
Hari ini kita merayakan natal. Dalam perayaan natal ini, kita mengalami Allah yang hadir dalam sejarah umat manusia melalui sosok Pribadi Yesus. Dalam Pribadi Yesus, Allah menampakkan diriNya dan hadir menyertai kita, sehingga Ia bisa dialami dan dirasakan kehadiranNya oleh manusia. Dan dalam zamanNya, Yesus membangun paguyuban baru yang terbuka, yang merangkul orang-orang miskin dan berdosa yang dikucilkan oleh masyarakat. Pendapat umum mengatakan bahwa orang-orang miskin dan berdosa adalah orang-orang yang dikutuk oleh Allah. Tetapi Yesus sebaliknya menyatakan bahwa orang-orang miskin adalah orang-orang yang dikasihi Allah.
Dengan semangat natal ini, kita sebagai Gereja ingin hadir sebagai paguyuban yang mengejawantahkan nilai-nilai persaudaraan, damai dan kasih sayang bagi semua orang. Dalam dunia modern yang diwarnai oleh suasana persaingan dan permusuhan antarpribadi atau kelompok, Gereja ditantang agar tetap mampu hidup dalam perdamaian dengan semua orang. Pertanyaannya adalah bagaimana Gereja bisa hadir sebagai paguyuban yang memberikan kedamaian bagi semua orang itu?
Pertama, kita mesti belajar dari apa yang terjadi dalam peristiwa natal ini. Dalam peristiwa natal ini, Allah berdialog, menyapa dan bergaul dengan manusia sebagai sahabat-sahabatNya. Demikianlah cara Gereja hadir untuk menjadi saudara bagi semua orang. Gereja hendaknya mau berdialog, menyapa mereka dan bergaul dengan mereka sebagai sahabat terutama bagi mereka yang lemah, miskin dan tersingkirkan. Dalam semangat dialog ini, Gereja memandang orang lain bukan lagi sebagai saingannya yang mengancam tetapi sebagai sesama yang saling mendukung. Perdamaian hanya mungkin terjadi kalau orang lain dipandang dan diperlakukan bukan sebagai musuh melainkan sebagai sesama.
Kedua, agar Gereja hadir sebagai paguyuban yang merangkul semua orang, Gereja mesti solider. Solider berasal dari kata bahasa latin solus (sendiri/hanya) dan dare (memberi). Solidaritas berarti memberikan diri. Ketika hubungan antara Allah dan manusia itu terputus karena dosa-dosa manusia, Allah memberikan diriNya dengan mengaruniakan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus. Berkat pemberian diri Allah itu, perdamaian antara Allah dan manusia terjadi. ”Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami” (2 Kor 5: 19). Demikianlah bila kita hidup dalam sebuah komunitas di mana tiap-tiap pribadi saling memberikan diri demi kepentingan orang lain, pasti kita akan mengalami hidup dalam kedamaian dengan semua orang.
Kita bisa menjadi seperti singa-singa yang lapar ketika kita saling membunuh sesama. Tetapi kita juga bisa menjadi seperti Allah ketika kita saling mengampuni dan saling mengasihi. Sebab Allah adalah kasih (dbk. 1 Yoh 4,16). Semoga kecenderungan kita untuk bersaing dan mengalahkan tidak menciptakan singa-singa lapar yang akan mencabik-cabik kehidupan bersama kita. Sebaliknya, semoga kita semua menjadi anak-anak Allah Bapa kita di sorga yang “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Dengan demikian kita bisa hidup dalam perdamaian dengan semua orang. Selamat Natal 2008 dan Tahun Baru 2009. Tuhan memberkati kita semua.
Pastor yohanes suratman
Senin, 22 Desember 2008
Rabu, 17 Desember 2008
Iman dengan Berbuat

Selain merenungkan perwujudan iman dalam perbuatan umat juga senantiasa diajak untuk mohon damai. PS 221 menjadi refren harian umat menyambut Natal. Semoga/
BDifo/tr
Rabu, 10 Desember 2008
PESAN PASTORAL SIDANG KWI 2008 Perihal Lembaga Pendidikan Katolik

1. Dalam hari studi, 3-4 November 2008, sidang KWI memusatkan perhatian pada “Lembaga Pendidikan Katolik: Media Pewartaan Kabar Gembira, Unggul dan Lebih Berpihak kepada yang Miskin”. Para uskup, utusan Konferensi Pimpinan Tarekat Religius Indonesia (Koptari) dan sejumlah pengelola Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) yang hadir, dibantu oleh para narasumber, aktif terlibat dalam seluruh proses tukar-menukar pikiran, pemahaman, dan pengalaman. Keterlibatan itu mencerminkan pula kepedulian dan kesadaran akan arti serta nilai pendidikan, yang dijunjung tinggi dan dilaksanakan oleh LPK sebagai wujud nyata keikutsertaan Gereja dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia (bdk. Pembukaan UUD 1945 alinea 4).
2. Disadari sepenuhnya oleh para peserta sidang, bahwa karya kerasulan pendidikan merupakan panggilan Gereja dalam rangka pewartaan Kabar Gembira terutama di kalangan kaum muda. Dalam menjalankan panggilan Gereja tersebut, LPK mengedepankan nilai-nilai luhur seperti iman-harapan-kasih, kebenaran-keadilan-kedamaian, pengorbanan dan kesabaran, kejujuran dan hati nurani, kecerdasan, kebebasan, dan tanggung jawab (bdk. Gravissimum Educationis, art. 2 dan 4). Proses pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai insani-injili inilah yang membuat LPK itu unggul. Di sinilah, dan di atas nilai-nilai itulah LPK berpijak untuk mempertegas penghayatan iman dan memperbarui komitmen.
3. Sebagai lembaga agama, Gereja mendaku (mengklaim) memiliki tanggung jawab terhadap masalah sosial, terutama yang dialami oleh orang-orang miskin (bdk. KHK 1983, Kanon 794). Dalam bidang pendidikan, tanggung jawab tersebut dalam kurun waktu sekitar lima tahun terakhir ini mengalami tantangan karena pelbagai permasalahan, yang berhubungan dengan cara berpikir, reksa pastoral, politik pendidikan, manajemen, sumber daya manusia, keuangan, dan kependudukan. Tentu saja, cakupan permasalahan ini berbeda-beda menurut daerah dan jenis pendidikan Katolik yang tersebar di seluruh Nusantara. Sidang menyadari bahwa LPK menghadapi pelbagai macam tantangan dan kesulitan. Namun, para penyelenggara pendidikan Katolik harus tetap berusaha meningkatkan mutu dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Kesadaran Umat Beriman
4. Dari pengalaman jelaslah, LPK yang dikelola oleh keuskupan, tarekat maupun awam memperlihatkan, bahwa pendidikan Katolik menjadi bagian utuh kesadaran umat beriman (bdk. KHK 1983, Kanon 793). Pada gilirannya, mereka perlu mengambil bagian dalam tanggung jawab keberlangsungan LPK dalam lingkungan hidup mereka. Dalam upaya nyata untuk mengangkat kembali kemampuan LPK, keuskupan-keuskupan dan pengelola LPK lain sudah mengambil langkah nyata, antara lain menggalang dana pendidikan untuk menumbuhkan rasa memiliki di kalangan murid-murid sendiri, orang tua murid, mitra pendidikan, umat dan masyarakat umum. Dengan demikian dikembangkanlah solidaritas dan subsidiaritas dalam lingkungan karya pendidikan.
5. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam peningkatan mutu pendidikan dan keterjangkauan pendidikan oleh masyarakat warga. Di sana-sini terjadi kesulitan dalam menerapkan peraturan pemerintah, filosofi pendidikan, dan kebijakan pendidikan yang mengutamakan orang miskin. Kendati demikian, LPK tetap menjalin kerjasama serta komunikasi setara dengan pemerintah, agar fungsi dan peran LPK tetap nyata.
Perubahan yang Diperlukan
6. Untuk setia pada pendidikan yang unggul dan mengutamakan yang miskin, perlu adanya perubahan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pelaksanaan pendidikan. Perubahan itu merupakan keniscayaan bagi LPK, termasuk di dalamnya Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (Komdik KWI), Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan, Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK), Majelis Pendidikan Katolik (MPK), Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK), Perhimpunan Akademi Politeknik Katolik Indonesia (PAPKI), Ikatan Insan Pendidikan Katolik (IIPK), pengurus yayasan, kepala sekolah/direktur/ketua/rektor, guru, orang tua peserta didik, peserta didik, dan seluruh umat, apa pun jabatannya.
7. Betapa mendesaknya suatu perubahan dalam seluruh tingkatan LPK! Perubahan itu mestinya dirancang dengan saksama dan dilaksanakan dengan arif di bawah otoritas uskup sebagai penanggungjawab utama pendidikan Katolik di keuskupannya (bdk. KHK 1983, Kanon 806). Perubahan yang diperlukan di sini antara lain:
- menata ulang pola kebijakan pendidikan,
- meningkatkan kerja sama antar-lembaga pendidikan,
- mengupayakan pencarian dan penemuan peluang-peluang penggalian dana,
- memotivasi dan menyediakan kemudahan bagi para guru untuk meningkatkan mutu pengajaran,
- melaksanakan tata pengaturan yang jelas dan terpilah-pilah,
- merumuskan ulang jiwa pendidikan demi memajukan dan mengembangkan daya-daya insan yang terarah kepada kebaikan bersama,
- memperbarui penghayatan iman dan komitmen.
8. Perubahan-perubahan tersebut tidak dapat diserahkan hanya kepada salah satu pihak saja. Oleh karena itu, sidang menghendaki agar perubahan itu merupakan tanggung-jawab dan dikerjakan bersama di bawah pimpinan uskup. Dengan demikian, kunci perubahan adalah pembaruan komitmen atas panggilan dan perutusan Gereja demi tercapainya generasi muda yang cerdas, dewasa dan beriman melalui LPK (bdk. Gravissimum Educationis, art. 3).
Harapan dan Ucapan Terima Kasih
9. Pesan pastoral ini hendaknya mengilhami semua pihak yang terlibat dalam LPK di seluruh Nusantara untuk mencari dan menemukan jalan terbaik bagi LPK di masing-masing keuskupan di bawah pimpinan uskupnya. Mengingat fungsi strategis dan pentingnya LPK dalam kerangka perwujudan tugas perutusan Gereja, kami para uskup sepakat, bahwa KWI akan menulis Nota Pastoral tentang Pendidikan. Nota Pastoral ini dimaksudkan selain untuk mendorong tanggung jawab bersama dalam pendidikan, juga untuk menguraikan lebih rinci hal-hal yang berkaitan dengan LPK.
10. Mengingat dan mempertimbangkan seluruh dinamika hari studi ini, kami para uskup dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang peduli pada dan terlibat dalam LPK, khususnya:
- Para guru yang telah bekerja dengan penuh dedikasi;
- Orang tua yang tetap mempercayakan pendidikan anak-anak mereka pada LPK;
- Umat (warga masyarakat) yang penuh perhatian terhadap pendidikan;
- Lembaga-lembaga Pendidikan Katolik yang benar-benar mengutamakan kalangan yang miskin.
Seraya berdoa, kami berharap semoga kehadiran LPK semakin mempertegas sikap Gereja Katolik untuk mengambil bagian dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, yang pada gilirannya menjadi kabar gembira bagi semua.
Semoga Tuhan memberkati usaha baik kita semua.
Jakarta, 11 November 2008
Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap. (Ketua)
Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F. (Sekretaris Jenderal)
Minggu, 07 Desember 2008
PENGOBATAN GRATIS - AKSI NATAL
Hujan rintik-rintik di Minggu siang mengiringi perjalanan kaki sebagian masyarakat desa Besaran, Talok, Mbendung, Mejo dan sekitarnya untuk menyerbu balai desa Purworejo, kecamatan Sragi. Sepulang dari stasi kajen aku pun turut menuju ke sana sendirian melewati jalan pedesaan yang sempit, becek dan telah rusak. Di kanan kiri terbentang sawah nan luas. Jauhnya lumayan juga, kira2 duapuluh lima kilometer dari pekalongan. Telah seminggu sebelumnya mereka mendengar kabar lewat masjid-masjid, surau dan mushola bahwa akan ada pengobatan gratis di balai desa. Maka mereka berduyun-duyun datang untuk memeriksakan kesehatannya. Saat yang telah lama dinanti tiba. Pak Lurah setempat (Bp. Samekto) beserta perangkat desa dan hansipnya telah siap siaga sebelum dan selama kegiatan pengobatan gratis berlangsung. Kegiatan yang diselenggarakan dan ditangani oleh panitia natal paroki santo petrus pekalongan itu dimulai sejak pukul delapan pagi dan tak pernah sepi hingga pukul duabelas siang. Ada empat dokter, beberapa perawat dan sukarelawan/ wati dari masyarakat setempat yang ikut membantu pemberian obat. Saat aku tiba di situ tercatat sejumlah 213 orang telah berobat. Rupanya antusiasme masyarakat sangat besar. Respon pak lurah dan penduduk sekitar sangat baik. Semula ada kekawatiran kalau-kalau kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja itu akan direspon negatif, ternyata tidak sama sekali. Bahkan dalam sambutan penutupan Pak Lurah menyampaikan terima kasihnya dan sangat mengharapkan agar dalam kesempatan lain kegiatan serupa dilaksanakan lagi. Sewaktu makan siang, kami sempat ngobrol sana-sini, juga terungkap cerita bahwa tempo dulu, kira-kira tahun 60-70 an sebagian besar masyarakat di situ katolik. Jadi yang berobat sekarang itu, anak cucu orang2 katolik dulunya. Para mandor belanda di pabrik gula itulah yang berpengaruh bagi masyarakat desa itu, sehingga banyak yang dibaptis. Pernah dalam sehari ada 30 orang dibaptis. Juga ada satu dukuh yang hampir semuanya katolik. Kini, situasinya lain sama sekali. Ada yang nyeletuk, sudah terlambat sekarang. Hanya beberapa gelintir orang yang katolik. Seorang nenek buyut (mbah rudah) yang jalannya susah, sempat saya salami dan saya ajak bicara ketika ikut pengobatan gratis. Dalam kurun waktu belasan tahun, pernah benih iman yang pernah ditabur itu seakan dibiarkan begitu saja, tanpa ada perhatian dari paroki, mereka berpindah agama lagi, nikah di luar katolik sudah biasa, dan sedikit-demi sedikit habis juga. Kini tinggal kaum lansia… Benar-benar seperti biji gandum yang jatuh ke tanah yang tandus. Tak ada pekerja yang bisa diharapkan peduli saat itu…akhirnya terlambat sudah..tinggal kenangan. Itulah cerita lama yang mengiringi perjalananku pulang..kurenungkan bersama langit yang masih mendung…hujan tak lagi turun.
mardius//shalom. ..
Sabtu, 06 Desember 2008
Rapat Panitia Natal
Pertemuan juga membahas kepastian waktu natalan bersama umat. Meskipun ada masukan tentang tanggal natalan yang tidak ideal karena banyak yang liburan, dan ada kegiatan pelantikan prodiakon keesokan harinya, kegiatan natalan tetap dilaksanakan pada tanggal 27 desember 2008. Sementara kendaraan yang diparkir di luar gereja, kini ada diparkir di dalam gereja. Panitia memutusakan dan mengusulkan kepada pihak kapolresta agar parkiran tetap digunakan sebagaimana pada hari-hari biasa.
Demikian beberapa hal pokok dalam pertemuan panitia Natal.
BDifo/tr
Jumat, 05 Desember 2008
Rekoleksi Calon Prodiakon
Penegasan ini dilaksanakan dalam kesempatan rekoleksi calon prodiakon. Dengan mengambil tempat di gereja paroki, pilihan bacaan Ef 4:7,11-16 dan Luk 5:1-11 membantu para calon memikirkan dan menjawab kesanggupannya untuk digunakan oleh Tuhan membantu pelayanan dalam Gereja. Para calon prodiakon ini diajak untuk melihat bukan kepantasan dari kacamata dirinya sendiri tetapi dari cara Tuhan melihat karena Tuhan akan memberikan banyak hal besar seperti Yesus mengatakan pada para murid yang pertama yang dipanggilnya.
Setelah memohon kehadiran Roh Kudus para calon diajak melihat perikop bacaan dan merenungkannya lalu membuat pernyataan tertulis yang ditujukan kepada romo paroki. Pernyataan tersebut berupa kesediaan atau tidaknya menjadi prodiakon paroki. Tidak semua yang mengikuti pembekalan sejak awal menjawab sedia. Mereka yang telah secara jujur dan bebas di hadapan Tuhan menjawab kesediaan tetapi dihargai. Mereka yang telah membuat pernyataan ini akan dilantik pada tanggal 28 Desember pada Pesta Keluarga Kudus.
BDifo/tr
Senin, 01 Desember 2008
MISA BASA JAWI
Umat yang datang tidak sepenuhnya paham ekaristi bahasa jawa. ADa yang datang karena ingin merasakan misa bahasa jawa, ada yang memang sudah biasa misa minggu sore, ada yang memang mendapat tugas, atau ada yang memang merindukan misa berbahasa jawa. Kotbah romo pun disampaikan dalam bahwa Jawa. Namun agar bahasa Jawa lebih mudah ditangkap romo menggunakan bahasa jawa ngoko, bukan krama inggil. Romo mengajak umat agar terbuka pada bimbingan Tuhan terutama kesediaan untuk berjaga lebih-lebih pada saat-saat sulit seperti yang ditunjukkan oleh penginjil entah waktu malam, tengah malam, pagi-pagi buta dan saat fajar. SAat-saat ini menjadi saat penting hidup Yesus. Karena itu umat diajak untuk berjaga senantiasa agar di saaat sulit rahmat Tuhan melimpah.
Misa bahasa Jawa masih tetap diupayakan dilakukan tiap minggu kelima minggu sore.
BDifo/tr
Sabtu, 29 November 2008
Agenda Kegiatan Paroki
- Pengumpulan sembako dimulai pada tanggal 1-9 Desember 2008 di kring masing- masing atau langsung ke gereja
- Pengobatan Gratis pada hari Minggu, 7 Desember 2008 di stasi Sragi
- Rekoleksi umat pada hari Rabu, 17 Desember 2008 pukul 17.00 di Gereja.
- Bersih-bersih lingk di sekitar gereja pada hari Minggu, 21 Desember 2008 pukul 09.00
- Pesta Natal untuk PIA dan PIR pada hari Kamis, 25 Desember 2008 pukul 09.00,
- untuk seluruh umat pada hari Sabtu, 27 Desember 2008 pukul 19.00
- NATAL penghuni LAPAS Pekalongan Minggu, 4 Januari 2009 pukul 09.00 di LAPAS.
Panitia Arisan Paroki
- Mengucapkan terima kasih kpd peserta arisan, smg tetap setia pada arisan
periode tahun 2009-2011
- Pengambilan uang arisan dilaksanakan pada Januari 2009.
Mohon bagi yang belum lunas supaya melunasinya.
- Undian bonus bagi peserta yang belum dapat dilaksanakan pada minggu II
bulan Januari 2009. - Mohon partisipasi umat pada arisan periode berikutnya.
Brosur ketentuan bisa diambil di kotak depan pintu gereja, sekretariat paroki atau
pada kolektor
RENUNGAN MINGGU ADVEN I dari Rm A. Galih
Adven 1, 30 Nov 2008
Bulan Oktober lalu ada sekitar 1 juta warga California berpartisipasi dalam kegiatan tanggap bencana gempa bumi. Mulai dari siswa sekolah, pegawai, polisi, pemadam kebakaran, serta pihak rumah sakit. Kegiatan ini dilaksanakan di tengah kota yang penuh kepadatan. Pemadam kebakaran dikoordinasi sungguh untuk berlatih mengantisipasi kebakaran pada gedung-gedung tinggi, mengevakuasi orang yang terjebak di bawah reruntuhan, serta memetakan tempat-tempat untuk evakuasi.
DI Negara kita, tiap tahun banjir datang, longsor selalu ada, gempa juga sudah langganan. Namun belum semua pihak tanggap pada persoalan management of disaster. Syukurlah bahwa Carito sudah punya pengalaman dalam soal disaster management sehingga bisa membantu warga Sidareja yang kebanjiran.
Bagaimana kisah-kisah diatas dilihat dari kacamata pengalaman iman? Yesus mengingatkan para pengikutnya untuk “waspada dan berjaga-jagalah, karena kamu tak tahu saat kapan anak manusia datang”.
Kecenderungan umum manusia, biasanya bereaksi setelah ada kejadian. Jarang sekali kita mendengar ada pelatihan tanggap bencana yang melibatkan seluruh masyarakat, dan dikoordinasi secara baik. Akibatnya, ketika bencana tiba, barulah kita kalang kabut karena ternyata persiapan dan antisipasi kurang. Kewaspadaan tak ada.
Waspada dan berjaga-jaga sangat berkaitan dengan spiritualitas hati yang siap siaga, dan mengantisipasi, tidak lengah! Orang yang siap siaga dan berjaga-jaga adalah orang yang tahu dan siap akan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Karenanya, siap siaga ini juga berkaitan dengan kebijaksanaan dan visioner. Kebijaksaanan akan memampukan orang mengambil sikap yang tepat demi langkah di masa depan. Sedang visioner, didapatkan karena orang mampu melihat dan memprediksi segala kemungkinan di masa depan.
Kalau dihubungkan dengan Advent, maka masa advent ini mengajak kita untuk membangun semangat “antisipatif dan tanggap”. Kita diajak lebih peka menangkap tanda kehadiran Tuhan dalam hidup ini, bukan hanya siap-siap menyambut Natal saja. Namun, bagaimana hati yang peka itu bisa memandang Allah yang hadir dalam sesama, dalam kejadian-kejadian alam, serta dalam kehidupan lumrah harian.
Hanya orang yang tanggap dan peka saja, akan mampu melihat Dia yang tidak kelihatan menjadi nyata dalam kehidupan ini, sehingga melihat sejarah manusia menjadi sejarah Allah yang turut bekerja dan hadir dalam hidup kita.
Selamat menyiapkan diri
Tanggap dan waspada
Galih
Kamis, 27 November 2008
Firman di jajaran Mapolresta
Kegiatan ini dilaksanakan agar kerohanian anggota ikut terpelihara. Firman yang dijadikan acuan adalah 2 Petrus 3:11-12 dengan tema "menantikan dan mempercepat" kedatangan Kerajaan Allah. Kekuatan untuk mewujudkan hal tersebut tampak dari kehidupan doa, kehidupan pelayanan dan kemampuan menanggung derita.
Setelah selesai sharing pengalaman iman, bincang-bincang bersama tentang kegiatan seputar natal dan hidup nyaman di wilayah indonesia. Di singgung perasaan malu sampai-sampai ibadat saja dijaga. Tentang bagaimana hal tsb dilakukan akan tergantung dari bidang intelegen. Bahkan disinggung pula tentang upaya untuk tetap melakukan kegiatan pembinaan rohani bagi anggota sekalipun kapolres diganti. "Harus tetap dilaksanakan karena ini hak" demikian ungkap kapolres. "Kalau saya tidak di sini kalau ada yang melarang telpon saya nanti biar saya yang koordinasi" demikian lanjutnya.
Selesai kegiatan pembinaan semua kembali ke tugas masing-masing.
Berkah Dalem/ifo/agtr
Organ Yayasan St Bernardus Pekalongan
(ki: foto semua organ, ka: foto pengurus yayasan)
SUSUNAN ORGAN YAYASAN ST BERNARDUS PEKALONGAN
Berdasarkan Penyataan Keputusan Rapat Yayasan no 87
PEMBINA
Ketua : Rm AGUSTINUS DWIYANTORO.PR
Anggota :
1. Ir. BAMBANG SUGIARTO.
2. Ir FX. HERU SANTOSO.
3. RM FRANSISKUS WIDYANTARDI. PR
PENGAWAS
Ketua : Tuan FERDINANDUS AGUSTINUS JUWONO WIDJAJA,
Anggota :
1. Nyonya MARIA THERESIA LILYWATI - HARTOJO,
2. Nyonya INDRA JANUATIE AMINAH
3. Tuan RIDWAN WIJAYA,
PENGURUS
Ketua : Drs VICTOR DAMIANUS SOEKARNO,
Sekretaris: Rm PAULUS BAMBANG WIDIATMOKO PR
Bendahara:
1. Nyonya TREES RYLANTY (Tanlan Yuwono)
2. Nyonya WARTI SANTOSA (Ninik)
Anggota :
1. Drs. PAULUS EDI SADONO,
2. Tuan ALBERTUS PRANOTO TEGUH- SANTOSA,
3. Nyonya LILIK HENDRAWATI (Hendro)
Peneguhan Yayasan St Bernardus Pekalongan
Rabu, 26 November 2008
Benarkah Kaum Awam dipanggil untuk Terlibat dalam Kehidupan Politik?
disampaikan oleh Rm F Widyantardi Pr
dalam rekoleksi kerawam di HEning Griya BAturaden Purwokerto, 22-23 Nov
Benarkah Kaum Awam dipanggil untuk terlibat dalam kehidupan Politik?
Gereja mengharapkan orang beriman Katolik tekun terlibat dalam bidang politik. Alasannya bukan pertama-tama berhubungan dengan dengan kekuasaan atau jabatan publik, meliankan kecintaan serta tanggung jawab terhadap tanah air dan bangsa.[1]
Konsili Vatikan II (GS art 75) dengan jelas menekankan pentingnya keterlibatan politik Umat Beriman Katolik dengan mengatakan sbb.
1. Hendaknya secara intensif diusahakan pembinaan kewarganegaraan dan politik, yang sekarang ini perlu sekali bagi masyarakat dan terutama bagi generasi muda, supaya semua warganegara mampu memainkan peranannya dalam hidup bernegara.
2. Mereka yang cakap atau berbakat hendaknya menyiapkan diri untuk mencapai keahlian politik, yang sukar dan sekaligus amat luhur, dan berusaha mengamalkannya, tanpa memperhitungkan kepentingan pribadi atau keuntungan materiil.
3. Hendaknya mereka dengan keutuhan kepribadiannya dan kebijaksanaan menentang ketidakadilan dan penindasan, kekuasaan sewenang-wenang dan sikap tidak ber-tenggang rasa satu orang atau satu politik.
4. Hendaknya mereka secara jujur dan wajar, malahan dengan cinta kasih dan ketegasan politik, membaktikan diri bagi kesejahteraan semua orang.
Pandangan dan Praktek Politik yang keliru menyebabkan Awam Katolik “alergi, apatis, skeptis, dan takut” terhadap kehidupan Politik.
Sikap apatis, skeptis atau alergi terhadap kehidupan politik yang ada dalam diri Umat Beriman Katolik memang tidak baik. Kenyataan ini ada akibat munculnya pandangan politik dan praktek politik yang keliru (menyimpang dari hakekat kehidupan politik). Memang ada praktek politik yang telah menyebabkan citra dasar yang baik tentang politik menjadi buruk, kotor atau jahat. Tetapi justru dalam kondisi yang runyam itulah Umat Beriman Katolik (khususnya yang mahir di bidang politik) dipanggil untuk bersama warga masyarakat lain yang memiliki kehendak baik melakukan perbaikan.[2] Dalam hal ini Gereja konsisten ingin mewujudkan apa yang sudah ada sejak 2000 tahun lalu, sejak Gereja Perdana jaman Para Rasul, untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Praktek berpolitik yang menyimpang digambarkan dengan gamblang dalam Nota Pastoral KWI 2003 : “… Yang berlangsung sekarang, politik hanya dipahami sebagai sarana untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan, atau menjadi ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan kelompok. Kepentingan ekonomi atau keuntungan finansial pribadi dan kelompok menjadi tujuan utama …. Simbol-simbol agama pun dijadikan alat untuk mencapai kepentingan politik itu …”.
Kenyataan seperti dirumuskan dalam Nota Pastoral KWI 2003 inilah yang menjadi alasan bagi sementara Umat Beriman Katolik untuk tidak mau terjun (bahkan membicarakannya pun tidak mau) dalam bidang politik. Untuk itu perlu dilakukan pelurusan persepsi atau cara pandang terhadap politik itu.
Politik mempunyai akar kata Polis (Bhs Yunani) artinya negara (negara kota). Plato (347 sblm M) menulis buku ttg negara idela Politeia dan Aristoteles (322 sblm M) menulis buku ttg ketatanegaraan Politikon. Dalam kedua buku tersebut terungkap bahwa Politik itu adalah Seni Mengatur dan Mengurus Negara atau Ilmu Kenegaraan. Politik mencakup semua kebijakan atau tindakan dalam urusan kenegaraan / pemerintahan, termasuk penetapan bentuk, tugas dan lingkup urusan negara terhadap rakyatnya.
Apabila Politik dijalankan sesuai dengan semangat dasarnya, maka tidak ada lagi alasan untuk menyebut politik itu kotor atau jahat. Upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum (bonum commune) adalah usaha yang baik dan luhur. Hanya ketika cita-cita dasar itu dikhianati, maka muncul berbagai kecurangan dan manipulasi nilai yang pada gilirannya menjadikan wajah praktek politik yang ada menjadi kusam.
SERUAN BERSAMA PGI dan KWI Dalam Rangka Pelaksanaan Pemilihan Umum 2009
Bisa dibaca sendiri teksnya, namun di sana ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan dengan saksama sbb.
1. Melalui peristiwa PEMILU hak-hak asasi setiap warga negara di bidang politik diwujudkan.
2. Masyarakat perlu didorong untuk terus-menerus mengontrol mekanisme demokrasi supaya aspirasi rakyat benar-benar mendapat tempat.
3. Hasil-hasil PEMILU harus benar-benar menjamin bahwa Pancasila dan UUD1945 tetap dipertahankan sebagai dasar negara dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari Sidang KWI 03-13 November 2008 : Mengapa Pemilu 2009 Penting dan Gereja Mengajak Umat Terlibat?
1. Pemilu 2009 adalah pemilu antara menuju ke pertarungan politik yang sesungguhnya atau riil, yaitu 2014; sebab pada pemilu 2014 ini eksponen yang akan memimpin bangsa Indonesia adalah generasi baru (generasi yang tidak berhubungan dengan Orla dan Orba). Ini bisa berimplikasi ganda: di satu pihak, RAHMAT/BERKAT karena hadirnya orang-orang baru yang tidak terkontaminasi kedua Orde itu diharapkan betul-betul menjadikan Indonesia ini lebih baik; di lain pihak, menjadi PETAKA kalau tidak tersiapkan dengan baik sebab kemudian akan ada keterputusan generasi (generation gap) yang bisa berakibat Indonesia ini menjadi lain sama sekali.
2. Umat Katolik adalah garam dan terang dunia. Prinsip ini bisa diartikan harus menyebar dimana-mana tapi tidak kemana-mana. Garam itu cukup sedikit sudah mengenakkan masakan dan terang itu tidak perlu besar tapi sudah bisa membuat kegelapan terusir. Namun dalam realitasnya cukup banyak orang Katolik tidak hadir sbg yang menggarami dan menerangi. Banyak yang tetap dikooptasi oleh hegemoni dan oligarki partai politik dan juga kekuatan fraksi (kalau itu di DPR). Apakah orang Katolik akan tetap membiarkan dirinya seperti itu sehingga tidak memiliki arti yang signifikan dalam kehadirannya di masyarakat?[3]
”Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” Yeremia 29:7
------------------------------
Catatan kaki:
[1] Konsili Vatikan II menegaskan hal ini “Hendaknya para warganegara dengan kebesaran jiwa dan kesetiaan memupuk cinta tanah air, tetapi tanpa berpandangan picik, sehingga serentak tetap memperhatikan kesejahteraan segenap keluarga manusia, yang terhimpun melalui pelbagai ikatan antarsuku, antarbangsa dan antarnegara” (Gaudium et Spes artikel 75).
[2] Sri Paus di Vatikan, melalui Kongregasi untuk Ajaran Iman, di Roma, 24 November 2002 mengeluarkan catatan tentang “Peranserta Umat Katolik di Dalam Kehidupan Politik”. Di sana terungkap bahwa Gereja Katolik secara resmi memberikan dorongan kepada Umat Berimannya untuk melibatkan diri dalam politik yang oleh banyak orang dianggap kotor dan jorok itu. Para Politisi Katolik dan semua Umat Beriman Katolik disadarkan bahwa dirinya terpanggil untuk berperanserta di dalam kehidupan politik dalam masyarakat yang mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang demokratis, sejahtera dan berkeadilan.
[3] Dalam Sidang KWI 2008 kemarin ada Hari Studi Politik dihadirkan dua narasumber sbb.
PRAISE & WORSHIP
Anggota komunitas dan para sahabat komunitas yang hadir sekitar 100 orang menyemarakkan kegiatan tersebut. Sementara itu pula di aula paroki ada kegiatan pertemuan ketua kring. Mereka membahas kegiatan natal, kalender paroki dan arisan paroki.
infinemomnia/berkahDalem/toro
Selasa, 25 November 2008
Ucapan Terima Kasih
Indah Rencana Tuhan dalam Hidupku
(23 Oktober 1969 - 8 Oktober 2008)
Dalam rentang waktu itu, dalam diri kami datang berbagai
hal silih berganti. Kenangan akan kasih sayang, cita-cita,
keyakinan dan iman, prinsip hidup dan perjuangan yang pernah
almarhum kenalkan dan tunjukkan. Juga pergumulan kecemasan,
ketakutan, kebimbangan yang tumbuh dalam diri kami secara
manusiawi.
Serta kerelaan, kepasrahan, kebanggaan yang coba
kami tumbuhkan.
Semua kami coba letakkan dalam iman, pengharapan dan kasih dari ajaran iman kami.
Kami juga merasakan kehadiran dan sapaan saudara-saudari yang langsung bertemu muka, atau yang dari jauh melalui berbagai media. Baik pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit Salatiga, di RS Elisabeth Semarang, saat meninggal, perawatan jenasah, misa reqiuem sampai pengantaran ke makam, juga saat bersama-sama berdoa sampai tiga, tujuh dan empat puluh hari.
Kami merasakan dukungan doa-doa yang menguatkan kami, terutama mendukung ketentraman jiwa almarhum.
Empat puluh hari sudah kami mengantar suami dan ayah kami tercinta dalam pergumulan batin dan doa-doa yang menyatu dengan dukungan serta doa-doa semua pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih tiada tara, atas dukungan dan bantuannya, kepada
Bapak Uskup Purwokerto Mgr Julianus Sunarka SJ
Walikota Pekalongan dr HM Basyir Ahmad beserta jajarannya
Pastor Kepala Paroki Pekalongan Rm Ag Dwiantoro Pr
Romo Paulus Bambang W, Pr
Romo Bonivasius Abas MSC
Romo Mardiusmanto Pr
Bruder Matias
Para Romo, Suster Keuskupan Purwokerto
ISKA Basis Pekalongan
Rekan-rekan KKMK Purwokerto
Rekan-rekan Bhumiksara
APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Jawa Tengah
BPPT dan Kementrian Riset dan Teknologi Jakarta
St. Peter Choir Pekalongan
Yayasan Widya Pratama Pekalongan dan STMIK Widya Pratama Pekalongan
Yayasan dan SD Pius-SMP Pius Pekalongan
Yayasan dan SMA Bernardus Pekalongan
Kring St. Martha Pekalongan
dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Biar semua itu kami simpan dan kami pelihara
serta kami terus syukuri dalam doa.
Victoria Retnowati (istri)
Putra-putri:
ME Cahyaningrum Wahyudi
L Laksita Nadiantika Wahyudi
Gabriel Aryo Narendra Wahyudi
Sabtu, 22 November 2008
Evaluasi Komunitas Tritunggal
Jumat, 21 November para pengurus KTM berkumpul bersama dengan romo paroki untuk mengdakan evaluasi. Disampaikan laporan kegiatan selama perjalanan tahun 2008 dan rencana kegiatan th 2009. Romo paroki menambahkan bahwa evaluasi itu penting untuk meninjau sejauhmana perjalananitu sesuai dengan kriteria yang ada yaitu garis besar komunitas, pedoman pastoral dewan paroki dan pedoman keuangan paroki. Dari berbagai tolok ukur ini bisa dilihat sejauh mana kelompok ini berkembang sesuai dengan cita-cita atau visimisi baik manfaat/ daya guna kelompok sebagai pengembangan hidup rohani baik personal maupun eklesial, profil komunitas lengkap dengan data personalia dan visimisi serta bagaimana dikelola berdasarkan tata manageman yang bisa dipertanggungjawabkan.
Ada banyak hal positif yang dialami baik personal maupun eklesial seperti menjadi rajin untuk kegiatan kring, ekaristi, doa orang sakit dan doa orang meningal, rajin membaca KS. Namun demikian dirasakan bahwa secara organisasi kepemimpinan/ managemant banyak hal perlu ditingkatkan seperti administrasi kesekretariatan dan laporan aset, dirasakan pula bahwa faktor figursentris masih dirasakan dan terus diupayakan agar tidak tergantung pada person tetapi pada cita-cita anggaran dasar, juga kualitas pembawa firman perlu ditingkatkan agar tidakterkesan asal-asalan. Selain itu berbagai upaya untuk bisa kerjasama dengan kelompok lain terus diupayakan namun kendala teknis seperti aturan ikatan kelompok dengan yang lebih tinggi menjadi kendala. Dewan Pastoral paroki yang mengupayakan bentuk kerja sama satu sama lain telah menjadikan agenda bersama tetapi seringkali masih dirasakan "berkibarnya bendera kelompok" kuat.
Pada akhirnya ada harapan agar ada pembinaan untu pembawa firman maupun kepemimpinan. Orientasi pada tugas KRistus mewartakan atau menggembalakan akan ditentukan sebagai fokus pembinaan. Serta harapan untuk tumbuh berkembang sesuai dengan cita-cita menjadi kekuatan kelompok ini.
Berkah Dalem/in finem omnia/toro
Rabu, 19 November 2008
mungkinkah di penjara ada kmr pengakuan?
Kunjungan ke lapas sebagai bagian rutin ibadat bersama memang dimaknai sebagai pengikut sabda YEsus. "kalau saudaramu sedang dalam penjara tengoklah". TEnyata rahmat Tuhan hadir dan memberi penghiburan.
Sabtu, 15 November 2008
mencari kesegaran bersama
Hari SAbtu ini saya mendpat kesempatan untuk menemani orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pelayanan kesehatan baik dari dokter, pengurus, pegawai administrasi, perawat, karyawan kebersihan, dsb dari Rumah SAkit Budi RAhayu. Dengan mengambil di padepokan Catur Tumanggal guci Tegal, kebersamaan yang disebut sebagai rekoleksi ini mengajak yang hadir untuk mencari kesegaran dengan bermain bersama. Berbagai permainan seperti memindahkan bola dari dagu dengan menggunakan siku, memindahkan tali rafia, menyanyi dan menari menjadi bagian kegiatan penyegaran bersama tersebut.
Tidak terasa bahwa semua orang merasa gembira tanpa melihat bagian dan tugas masing-masing sebagaimana layaknya setiap hari di RS. Pada bagian inti disampaikan suatu renungan tentang pentingnya menerima penderitan dan ikut mengambil bagian dari penderitaan orang lain khususnya pasien dan menjadikan kesempatan tersebut untuk terlibat dalam karya Allah. Sapaan, senyuman dan sentuhan pada mereka yang menderita makin menguatkan dorongan pasien untuk mendapat kesehatnnya sendiri. Tugas itu tidak sekedar diterima sebagai bagian "tugas standar" aku bekerja supaya mendapat gaji atau keuntngan tetapi aku bekerja aku bisa memberi lebih banyak.
Penyegaran seluruh jajaran RSBR ini dilanjutkan dengan rekreasi di obyek wisata pemandian air panas guci. SAyuran dan buah-buah yang ada di pasar tidak luput dari kunjungan.
Demikian perjalanan bersama mencari kesegaran.
in finem omnia- ag toro
Sabtu, 08 November 2008
AGENDA KEGIATAN PAROKI
Stasi Wiradesa, Sabtu 8 Nov pk 18.00; St Karanganyar MInggu pk 08.00
Perayaan HUT Paroki St Petrus ke 78
di aula Paroki stelah ekaristi sabtu, menampilkan pentas perwakilan kelompok kategorial, dan hidangan sega megono (khas pekalongan).
Ziarah Kaum Muda Karyawan, ke SEndangsono, Jatiningsih, Ganjuran
Sabtu, 8 Nov pk 23.00 berangkat dari gereja paroki
Demikian agenda paroki
MENABUNG SAMBIL BERAMAL
Terdorong untuk menjadikan paroki memiliki dana simpanan bagi kepentingan pemeliharaan itu panitia Arisan dibentuk. Panitia ini menghimpun dana umat dengan cara arisan. Kurang lebih sudah 8 x periode Arisan ini dilakukan. Tiap periode berlangsung 3 th (36 bulan) dengan dana tersimpan 1 nomor Rp 100.000,-. Arisan ini akan diundi tiap 3 bulan sekali dihitung bulan Februari 2009 dengan hadiah utama untuk 3 pemenang yang besarnya tiap periode berbeda. Periode awal sebesar Rp 1.000.000,-. Mereka yang sudah mendapat hadiah utama tidak lagi menyerahkan arisannya.
Tahun ini merupakan tahun akhir periode sebelumnya (2006-2008). Pencarian tabungan dilaksanakan bulan Februari 2009. Tapi penarikan untuk periode berikutnya sudah dilaksanakan bulan Januari 2009. Kepanitiaan dibentuk untuk memperlancar kinerja amal bagi kepentingan Gereja. Panitia beriktiar akan mengumpulkan dana dari umat sendiri (tidak melibatkan paroki lain) dan diharapkan target sama atau tidak jauh beda dengan periode sebelumnya. (BDifotoro)
Kamis, 06 November 2008
Menjadi Prime Mover
Pemilihan pemilu yang akan dilaksanakan 9 April 2009 nanti menjadi momen penting bagi umat katolik untuk dapat menggunakan hak suaranya secara benar. Jangan sampai suara umat menjadi mubah (sia-sia) karena umat tidak mengerti semangat dan prosedurnya. Umat diajak untuk mengerti dia ada di daerah pemilihan mana dan memilih caleg-caleg yang berkualitas. Dihimbau agar umat katolik menjadi pemilih yang cerdas dengan memperhitungkan calon-calon yang memiliki integritas nasionalisme, mengembangkan pluralitas dan bertanggungjawab. Sebagai pemilih ia perlu memperhitungkan agar suara yang diberikan dapat mendukung cita- cita kesejahteraan bersama. Mereka yang terpilih boleh disebut sebagai penerima mandat untuk melaksanakan cita-cita tersebut.
Pertemuan dewan pastoral paroki bersama tim kerawam ini dilaksanakan sebagai agenda rapat bersama tingkat dekenat. Bertempat di Paroki St Petrus Pekalongan, pertemuan yang dimulai sejak pk 17.00 berakhir pk 19.30. Hadir 70 wakil umat di aula st Petrus Pekalongan, Rabu 5 November 2008. Dalam pertemuan tersebut dihimbau agar seksi kerawam masing-masing paroki dapat mengadakan kegiatan sosialisasi pendidikan politik kepada umat dan membangun kinerja kerja sama dengan pihak lain agar dapat memberikan gambaran yang gamblang tentang calon yang akan dipilih nantinya. (ifoBDtoro)
Rabu, 05 November 2008
Mempersiapkan Perayaan Natal
Untuk memulai kegiatan tersebut ditegaskan kembali tentang maksud dan dinamika menggereja. Gereja dalam lingkup persekutuan (koinonia) mewujudkan diri sebagai persekutuan yang mensyukuri karunia iman. Paroki dengan arah persekutuan dengan semangat kebersamaan, kerendahan hati dan komunikasi diharapkan makin terwujud dalam kegiatan selama Natal. Demikian pula ada dinamika Gereja yang berfokus pada liturgia (peribadatan), diakonia (pelayanan) dan kerugma (pewartaan). Masing-masing bagian dari kepanitaan dapat menempatkan diri sebagai bagian dari dinamika menggereja. Kegiatan natal tidak hanya berpusat pada gereja dan peribadatan tetapi juga bisa memperluas kedamaian bagi masyarakat. Cakupan pelayanan melalui kegiatan bakti sosial, pengobatan gratis, dsb menjadi bagian dari kekuatan kehadiran Gereja.
Beberapa kegiatan yang dirancang seperti persiapan menyambut Natal dalam tata batin umat disusun demikian. Ada kesempatan rekoleksi umat yang dilaksanakan pada hari RAbu, 17 desember. Ibadat tobat umum dilakukan hari Kamis, 18 dan Jumat 19 desember. lalu dilanjutkan dengan ibadat tobat privat/ pengakuan dosa. Selain itu juga diagendakan untuk anak-anak sekolah yang jadualnya menyesuaikan.
Kegiatan Natal yang boleh disebut bukan hanya kegiatan umat intern melainkan sudah menjadi suasana umum ini akan bersentuhan dengan kelola komunikasi dengan pihak-pihak lain seperti keamanan karena dari tahun ke tahun tempat-tempat ibadat selalu dijaga. Karena itu juga dirancang kegiatan bersama sehingga dengan lebih seksama.
Panitia Natal yang dikukuhkan oleh Dewan Pastoral Paroki st Petrus ini akan melanjutkan dengan penyusunan kegiatan dan anggaran serta pengaturan agenda bersama. Pertemuan pengukuhan kepanitiaan ini berlangsung dari malam, Selasa 4 November pk 19.00 dan berakhir pk 21.00.
Gerejaku Rumahku: HUT Paroki ke-78
Dalam Ekaristi di Gereja yang bertepatan dengan dengan HR Semua orang Kudus, dirayakan perayaan bersama dengan penyalaan lilin di logo 78 th. Diletakkan di samping altar, 7 lilin dinyalakan oleh para romo dan kedua dewan paroki. dinyanyikan pula lagu "Panjang umurnya serta mulia". Umat bergembira menyambut perayaan yang dibuat berbeda dari biasanya. Persembahan dengan tarian dari anak dan bawaan persembahan yang berupa hasil bumi dan produksi (sayuran, padi pisang, kelapa, roti anggur dan batik) membawa semarak peringatan HUT tersebut.
Masih berlanjut dengan kegiatan lain seperti lomba-lomba bulutangkis untuk anak di halaman gereja, kerja bakti ke taman pahlawan kota Pekalongan, dan juga kegiatan meriah seperti lomba cepat makan mie, bakiak dan menangkap belut. Hari Minggu, 2 November perlombaan meriah bersama dilaksanakan di halaman gereja/ parkiran berupa lomba bakian untuk keluarga, makan cepat mie dan menangkap belut. Puncak syukuran baru akan dilaksanakan minggu depan yaitu sabtu, 8 November 2008.
in finem omnia-toro
Senin, 20 Oktober 2008
Mempertegas Iman Katolik
Sabtu, 18 Oktober 2008
KEGIATAN PAROKI ST PETRUS
I KEGIATAN RUTIN : ekaristi mingguan dan harian
II KEGIATAN KELOMPOK : Persekutuan Doa Kharismatik Bersama Bp Andreas Hedi biyanto & tim Puji-pujian, Senin 20 Oktober 2008 pk 18.00; Pembekalan Calon Prodiakon Paroki, Kamis 23 Oktober 2008 pk 19.00; Perayaan Ekaristi Kring: Senin kring Paulus dan Lukas, Selasa 21 Oktober kring Thomas; Perayaan Ekaristi Stasi Kedungwuni Kamis 23 Oktober pk 18.00.
III KEGIATAN KHUSUS : KUPAS TUNTAS BUKU ROME SWEET HOME bersama Rm Hartono Budi Sj, Sabtu 18 Oktober pk 18.30; Ziarah WKRI ranting St Lucia ke Sendangsono, GAnjuran dan Kitiran Kencono Pakem, Sabtu 18 Oktober pk 23.00 sd Minggu, 19 Oktober
IV JADWAL KEGIATAN HUT KE-78 PAROKI
SANTO PETRUS PEKALONGAN
Tema: “Gerejaku adalah Rumahku“
1. Badminton (double) umum ;
a. Peserta : Siswa SD / SMP
b. Hari/tgl : Sabtu–Minggu, 25-26 Okt 08
c. Waktu : Jam 18.30 setelah misa
d. Tempat : Lapangan Badminton Gereja
e. Syarat : Katolik / simpatisan
2. Kerja Bakti di Makam Pahlawan
a. Peserta : Masing-masing kring mengirimkan min. 5 orang
b. Hari, tgl : Minggu, 26 Okt. 08
c. Waktu : Jam 09.00 – selesai
d. Tempat : Makam Pahlawan Pekalongan
Catatan : Membawa peralatan kerja bakti dan kumpul di gereja pkl. 08.30
3. Malam Renungan/Tuguran
a. Hari/tgl : Jumat, 31 Oktober 08
b. Waktu : Pukul 20.00
c. Tempat : Gereja
4. Misa HUT ke 78 Paroki Santo Petrus
a. Hari, tgl : Sabtu, 1 Nop. 2008
b. Waktu : Jam 17.00
5. Lomba ; Makan Mie, Menangkap Belut Estafet dan Bakiak Beregu,
a. Peserta : Keluarga / umum
b. Hari, tgl : Minggu, 2 Nop.2008
c. Waktu : Jam 08.30 – selesai
d. Tempat : Halaman Parkir Gereja
6. Resepsi HUT
a. Hari, tgl : Sabtu, 8 Nov 2008
b. Waktu : Jam 18.30
Pendaftaran Kegiatan HUT:
(Paling lambat 1 Nop.2008, kecuali Badminton tgl. 23 Okt. 2008 )
1. Melalui ketua kring/stasi
2. Sekretariat gereja dengan menyertakan nama kring / stasi .
Penutupan LIngtu Gua Maria Kaliloji
Sebagai akhir permenungan Rm Hartono Budi Sj mengajak umat untuk menyimpulkan perjalanan rohani dengan melihat bahwa keluarga itu penting untuk pertumbuhan iman dan kemandirian serta kemajuan Gereja. Di tengah tantangan menghayati hidup berkeluarga tetap diutus untuk menjadi garam dan terang. Akan sangat tergantung bagaimana orang mengolah tantangan menjadi kekuatan.
Diibaratkan orang yang terus mengeluh sepanjang hidup dan ditunjukkan bagaimana perubahan dilakukan. Orang bisa menjadi wortel yang keras tapi ketika dimasukkan air panas lalu jadi lembek, orang bisa jadi telur, yang lembek tapi menjadi keras, atau menjadi kopi yang dilarutkan dalam air panas tetap menjadi kopi dan beraroma segar. Setiap tantangan akan mengubah hidup dan kekuatan dalam iman sebagaimana diteladankan Bunda maria menjadi modal untuk mengawali. Lingkaran Tujuh bukan berakhir tetapi baru dimulai.
Paduan Koor Soli Deo mengiringi penutupan lingkaran tujuh ini. Umat yang hadir juga masih mendapatkan air berkat sebagai bekal dan kebutuhan rohani umat. Acaranya sendiri dimulai dengan rosario bersama dengan penyalaan lilin umat sebagai ungkapan ujud doa bersama Bunda Maria. Dilanjutkan dengan Ekaristi, pemberkatan air, penghormatan pada Sakramen Mahakudus dan penutup.
Diumumkan bahwa Lingtu masih akan dilakukan tahun depan (2009). Diumumkan pula jumlah perolehan kolekte lingtu dan penjualan lilin serta pengeluaran untuk keperluan penyelenggaraan Lingtu ini.
------------in finem omnia.,ag toro-------ubi Petrus ibi Christus---------------
Jumat, 17 Oktober 2008
Gua Maria Kaliloji
Senin, 13 Oktober 2008
MENATAP JALAN PANJANG PANGGILAN

Perjalanan panjang itu harus dilewati. Tujuan mulia demi imamat mulia. Perjalanan yang panjang itu dijalani dalam interaksi dengan umat beriman. BAgaimana umat mengalami suka duka dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menghayati iman mereka dalam kancah kehidupan entah sebagai pegawai, pedagang, ibu rumah tangga dan pekerja lainnya. Maka agar interaksi untuk menatap kehidupan panjang itu makin membawa pada kenyataan, para calon imam diajak untuk tinggal di tengah umat.
Sejak hari Jumat, 10 Okt sd 17 Oktober tiga seminaris dikirim oleh seminari untuk tinggal di tengah umat. Mereka menjalani program homestay. Mereka tinggal di tengah umat agar belajar mengolah rasa perasaan serta pikiran mereka tentang kehidupan iman umat.
Paroki St Petrus mendapat kesempatan untuk membantu para seminaris menatap perjalanan panjang panggilan mereka. Ada 3 seminaris yang diutus untuk homestay. Mereka tinggal di stasi Doro, Karangnyar (karanggondang) dan Kajen-bojong. Pada hari Minggu lalu mereka diberi kesempatan untuk tampil menjadi petugas liturgi di misa stasi Karangnyar.
Patrik, seorang seminaris yang berasal dari Kapencar, Wonosobo mengaku senang karena program tersebut membantunya mengenal umat. Dia berharap malah sungguh dapat membantu keluarga di mana dia tinggal. bukan untuk diistimewakan melainkan untuk sungguh mengalami kegiatan sehari-hari umat.
Perjalanan panjang itu tetap perlu dilalui.
--------------Berkah Dalem.. ubi Petrus ibi Christus----------------------

DOA PERSEKUTUAN UMAT
Tuhan, Engkau penuh kasih dan setia, Engkau memanggil kami menjadi umat pilihanMu, bersama-sama berdiri di atas karangpadas GerejaMu sebagaimana PutraMu tunjukkan kepada Petrus rasulMu. Dekat dengan PutraMu kami adalah batu-batu hidup yang kaya dengan bentuk, bobot dan warnanya. Pergunakanlah kami untuk pembangunan rumah rohani, mewujudkan diri sebagai persekutuan umat beriman yang hidup dengan penuh syukur dan terpanggil untuk memelopori berdirinya Kerajaan Allah dengan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan melalui komunikas, kebersamaan dan kerendahan hati serta bekerjasama dengan yang berkeyakinan lain. Kuatkanlah iman kami dan jadikanlah kami indah ditangan ciptaMu dengan mengembangkan komunitas basis, memperhatikan anak-anak dan kaum muda, keluarga, mereka yang lemah, miskin dan tersingkir serta memberdayakan budaya lokal. buanglah sikap, sifat dan semangat serta perbuatan kami yang menghambat karya ciptaMu. Bunda Maria, Bunda kami dan St Petrus yang menjadi saksi karya agung ini. Doakanlah kami. Amin.
------berkah Dalem--- ubi Petrus ibi Christus---------
Sabtu, 11 Oktober 2008
Agenda Kegiatan Paroki St Petrus
PERAYAAN EKARISTI:
Misa Mingguan : Sabtu : pk 17.00 & Minggu : pk 07.00 dan 17.00; Stasi Wiradesa : Sabtu, 11/10 pk 18.00, Karanganyar Minggu 12/10 pk 08.00.
Misa Harian : tiap hari pk 05.30, kecuali hari Jumat dan sabtu pagi.
PENUTUPAN LINGTU (lingkaran tujuh) Gua Maria Kaliloji
Jumat, 17 Oktober pk 18.00 dipimpin oleh Rm Hartono Budi SJ. Rm Hartono Budi SJ adalah seorang imam yang berasal dari Pekalongan. Sekarang menjadi staff SEminari Tinggi dan dosen Fakultas Teologi Wedhabakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
SARASEHAN UMAT tentang Rome Sweet Home dipimpin oleh Rm Hartono Budi SJ, SAbtu 18 Oktober pk 18.30. Acara dirangkai dalam games, doorprice dan musik akustic.
------------------------- berkah Dalem ---------------------------------------
Kamis, 09 Oktober 2008
Perginya Aktivis Pendidikan
Rasa kehilangan itu bukan hanya civitas akademica STIMIK Widyapratama Pekalongan tetapi masyarakat kota Pekalongan. Masyarakat kota Pekalongan kehilangan seorang yang konsern pada pendidikan. Bp Walikota dalam pertemuan bersama dengan jajaran pemerintahan, mengungkapkan rasa kehilangan seorang yang amat peduli dengan dunia pendidikan. Atas berbagai prakarsanya dan pendekatan STIMIK Widyapratama dapat bekerja sama dengan pemerintah dan mampu menyedot ratusan mahasiswa.
Selain masyarakat kota Pekalongan, rasa kehilangan itu juga dirasakan segenap insan dan lembaga pendidikan katolik baik itu SD Pius (bp Agus Selaku ketua komite) dan SMA Bernardus (juga komite). Pengabdian dan waktu yang dicurahkan untuk pendidikan dan kemajuan Gereja amat terasa. Waktu mempersiapkan kegiatan-kegiatan paroki seperti MUSPAS, pemilihan anggota Dewan dan agenda kegiatan paroki, bp Agus senantiasa memberikan waktunya. Juga ISKA ranting Pekalongan merasa amat kehilangan oleh karena gerakan dan semangat untuk menggalang kerja sama diantara para anggotanya.
SEmua kenangan yang indah kini telah tersimpan dalam kitab kehidupan. Pk 11.45 perayaan ekaristi requiem dimulai di rumah duka perum pesona indah Pekalongan. Lagu Bapa Kami Andre Manika mengiringi doa-doa yang dipanjatkan selama ekaristi. Tepat pukul 13.30 jenasah diberangkatkan dan dimakamkan di makam kerkop.
Selamat Jalan Bp St Agus Wahyudi SCom.MCom. Meskipun ilmu S3 belum berakhir Bp Agus telah mengajari kami ilmu kehidupan.
in finem omnia
toro
Selasa, 07 Oktober 2008
Gereja Menjalin Kebersamaan
Hari Minggu lalu saya diundang seorang kyai Musthofa Bakri, kyai sepuh di wilayah Pekalongan Selatan, tepatnya kelurahan Jenggot. Bersama dengan teman-teman umat yang sudah biasa berkumpul dalam keanekaragama dan dialog antar umat beragama, saya hadir di rumah kediaman bp Kyai. Meski semula kegiatan yang diberi judul halalbihal ini direncanakan sejak pukul 09.00 namun baru dimulai pk 11.00. Karena memang kegiatan ini bukan kegiatan keagamaan tertentu yang mengundang kehadiran kelompok agama lain melainkan kegiatan temu bersama tokoh agama, keyakinan, tokoh masyarakat dan partai politik maka kegiatan kekeluargaan ini bisa dimengerti.
Bermula dari perkenalan para hadirin yang duduk lesehan dan memperkenalkan perkawilan dri mana serta umumnya pada menyebut mengucapkan selamat hari lebaran dan mohon doa restu untuk maju menjadi caleg kota Pekalongan, gelaran acara tersebut dilanjutkan dengan wejangan atau sambutan dari kyai sepuh dan bp kapolwil Pekalongan.
Dalam wejangannya Kyai sepuh ini mengungkapkan bahwa usianya sudah senja (79th) dan berharap bahwa situasi Pekalongan berlangsung damai terutama nanti dengan pekalsanaan pemilu. Kedamaian itu perlu diciptakan bersama. Kyai sepuh memang bermaksud menggelar acara sederhana ini agar para peserta pemilu dan tokoh agama ikut mendukung dalam doa dan himbauan kepada umatnya agar kebersamaan secara damai dapat dijadikan contoh bagi masyarakat lain. Hal ini ditegaskan lebih lanjut bp Kapolwil dengan mengatakan menjadikan pemilu ini secara elegan. Yang menang menerima dengan baik yang kalah juga menerima dengan baik.
Di akhir silahturahmi bersama ini ada doa bersama mohon kedamaian dan menikmati hidangan sega megono makanan khas pekalongan.
Acaranya tidak serta merta berlangsung lancar karena acara pokok adalah sambutan dari bp kapolwil sementara waktu itu yang ditunggu masih dalam perjalanan karena masih mendampingi bp kapolda yang meninjau arus mudik pantura. Maka ada jeda waktu dan sambil menunggu waktu inti tersebut, saya ketimban sampur untuk menyampaikan "pesan" keanekaragaman/ pluriformitas. Meskipun amat dadakan saya mencoba untuk menyampaikan di hadapan para kyai dan tokoh parpol serta tokoh masyarakat. Tidak lain dan tidak bukan bahwa kebersamaan itu dibangun berkat kesediaan untuk menerima perbedaan sebagai keindahan. Keindahan kebersamaan tidak dapat dipungkiri dibentuk oleh pengalaman hidup homogenitas tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terbuka pada keanekaragaman. Ibaratnya "Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan" kebersamaan itu menjadi indah karena masing-masing mengakui bahwa berbeda.
Pengalaman dan pesan singkat saya sampaikan dengan permohonan maaf karena memang lebih banyak yang sepuh dan berpengalaman dalam menghayati keanekaragaman.
Acara ini sebenarnya lebih banyak digagas oleh putra dari bp Kyai yaitu mas Subhan yang juga aktif menggerakkan forum kerukunan masyarakat pekalongan. Acara sederhana dan kekeluargaan ini mencerahkan lebih-lebih dalam suasana idulfitri.
In finem omnia
Rabu, 23 April 2008
MENCIPTAKAN PELANGI
Gelaran karpet yang semula disiapkan untuk menampung 30 orang tidak lagi mencukupi. Tikar tambahan digelar dan snak dibagikan tidak mampu mencukupi jumlah yang datang dalam temon gelaran forum kerukunan Masyarakat Pekalongan. Pertemuan yang keempat kalinya ini digelar di aula paroki St Petrus Pekalongan. Hadir 88 orang berdasarkan snak yang dibagikan. Namun masih ada dyang datang tetapi tidak kebagian snak. Acara bersma ini dihadiri sejumlah tokoh agama, ulama, dandim, wakapolwil pekalongan, lsm, masyarakat umum. Subhan sebagai koordinator Forum Kerukunan mengungkapkan kembali kronologi munculnya paguyuban ini. Meski demikian dirindukan bahwa ternyata setiap kali pertemuan selalu mengulang penjelasan dari waktu ke waktu. Berbagai permasalahan diungkapkan dengan hati lega seperti kasus perngrusakan patung dewi yang dipajang di halaman depan realestate pakalongan, ancaman di daerah panjang dan juga yang dialami gereja katolik di wilayah slamaran. meski tidak menjawab semua masalah tetapi duduk bersama dan ngobrol bersama menjadi ungkapan menciptakan pelangi sebagaiman diajak oleh tuan rumah (paroki).