Selasa, 07 Oktober 2008

Gereja Menjalin Kebersamaan

Berkah Dalem,
Hari Minggu lalu saya diundang seorang kyai Musthofa Bakri, kyai sepuh di wilayah Pekalongan Selatan, tepatnya kelurahan Jenggot. Bersama dengan teman-teman umat yang sudah biasa berkumpul dalam keanekaragama dan dialog antar umat beragama, saya hadir di rumah kediaman bp Kyai. Meski semula kegiatan yang diberi judul halalbihal ini direncanakan sejak pukul 09.00 namun baru dimulai pk 11.00. Karena memang kegiatan ini bukan kegiatan keagamaan tertentu yang mengundang kehadiran kelompok agama lain melainkan kegiatan temu bersama tokoh agama, keyakinan, tokoh masyarakat dan partai politik maka kegiatan kekeluargaan ini bisa dimengerti.
Bermula dari perkenalan para hadirin yang duduk lesehan dan memperkenalkan perkawilan dri mana serta umumnya pada menyebut mengucapkan selamat hari lebaran dan mohon doa restu untuk maju menjadi caleg kota Pekalongan, gelaran acara tersebut dilanjutkan dengan wejangan atau sambutan dari kyai sepuh dan bp kapolwil Pekalongan.
Dalam wejangannya Kyai sepuh ini mengungkapkan bahwa usianya sudah senja (79th) dan berharap bahwa situasi Pekalongan berlangsung damai terutama nanti dengan pekalsanaan pemilu. Kedamaian itu perlu diciptakan bersama. Kyai sepuh memang bermaksud menggelar acara sederhana ini agar para peserta pemilu dan tokoh agama ikut mendukung dalam doa dan himbauan kepada umatnya agar kebersamaan secara damai dapat dijadikan contoh bagi masyarakat lain. Hal ini ditegaskan lebih lanjut bp Kapolwil dengan mengatakan menjadikan pemilu ini secara elegan. Yang menang menerima dengan baik yang kalah juga menerima dengan baik.
Di akhir silahturahmi bersama ini ada doa bersama mohon kedamaian dan menikmati hidangan sega megono makanan khas pekalongan.
Acaranya tidak serta merta berlangsung lancar karena acara pokok adalah sambutan dari bp kapolwil sementara waktu itu yang ditunggu masih dalam perjalanan karena masih mendampingi bp kapolda yang meninjau arus mudik pantura. Maka ada jeda waktu dan sambil menunggu waktu inti tersebut, saya ketimban sampur untuk menyampaikan "pesan" keanekaragaman/ pluriformitas. Meskipun amat dadakan saya mencoba untuk menyampaikan di hadapan para kyai dan tokoh parpol serta tokoh masyarakat. Tidak lain dan tidak bukan bahwa kebersamaan itu dibangun berkat kesediaan untuk menerima perbedaan sebagai keindahan. Keindahan kebersamaan tidak dapat dipungkiri dibentuk oleh pengalaman hidup homogenitas tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terbuka pada keanekaragaman. Ibaratnya "Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan" kebersamaan itu menjadi indah karena masing-masing mengakui bahwa berbeda.
Pengalaman dan pesan singkat saya sampaikan dengan permohonan maaf karena memang lebih banyak yang sepuh dan berpengalaman dalam menghayati keanekaragaman.
Acara ini sebenarnya lebih banyak digagas oleh putra dari bp Kyai yaitu mas Subhan yang juga aktif menggerakkan forum kerukunan masyarakat pekalongan. Acara sederhana dan kekeluargaan ini mencerahkan lebih-lebih dalam suasana idulfitri.

In finem omnia

Tidak ada komentar: