Sabtu, 26 Maret 2011

Karya Baru Suster SND


Berkah Dalem,
Tarekat SND memulai karya baru di kabupaten Pekalongan. Menempati tanah keuskupan di desa Kebonagung, tarekat SND mulai ambil bagian secara penuh dalam menanggapi gerak karya Keuskupan. Tawaran dan harapan sudah lama dipertimbangkan. Setelah melakukan pendekatan berbagai pihak, maka diputuskan untuk memulai karya baru tersebut. Karya baru apakah yang dimulai oleh tarekat ini?
Sr M Robertin SND selaku provinsial mengatakan bahwa tarekat akan membuka rumah tinggal dan memulai karya sosial dengan sasaran pengobatan alternatif. Karya ini disikapi sebagai peran serta tarekat atas tawaran bp Uskup Purwokerto. Oleh karena itu yang pertama diutus untuk memulai karya tersebut adalah Sr M Rosaline SND dan Sr M Godefrida SND.
Tanda dimulainya karya ini adalah doa bersama berkat rumah pada pesta tarekat, tgl 25 Maret. Doa bersama berlangsung sederhana di rumah yang dulu menjadi rumah tinggal romo yang berkarya di kabupaten Pekalongan. Rumah yang sudah direhap bagian dalam maupun luarnya, dengan pengecetan, penambahan kamar, perbaikan listrik, perbaikan sumur dan atas, dsb, kini tampak rapi dan sudah siap ditempati. Ada 2 rumah yang bagian depan untuk kamar suster (2kamar), r doa, r tamu dan kamar mandi. Sedangkan rumah belakang untuk r makan, gudang, r dapur, r cuci dan kamar tamu.
Saat dilangsungkan doa, hadir Sr provinsial, Sr Regina, Sr Theresia dan suster yang akan menempati rumah tersebut. Sebelum dilangsungkan doa sederhana tersebut, Sr Rosalin sudah mengadakan pendekatan dengan "sowan" ke ketua RT dan lurah setempat. Mereka menyambut baik kedatangan para suster dan menegaskan bahwa memang bukan untuk kegiatan keagamaan tempat tersebut melainkan karya sosial. Maka akan ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan.
Acara doa berkat rumah tinggal berlangsung singkat. mulai jam 10.30 dan selesai 10.50. Dilanjutkan santab bersama ala kadarnya.
demikian lintas peristiwa di Pekalongan. SEmoga karya yang telah dimulai ini akan berlangsung dan memberikan buah bagi masyarakat dan kerajaan Allah.
utinam. bd/ifo

Selasa, 22 Maret 2011

Pembekalan Pengurus Kring/ Stasi


Minggu, 20 Maret 2011. Bertempat di linggaasri, Kajen, sejumlah 90 orang yang terdiri dari pengurus kring, stasi dan kategorial ditambah dengan dewan harian Pastoral Paroki St Petrus PEkalongan mengadakan kegiatan pembekalan. Kegiatan ini diselenggarakan untuk membekali para fungsionaris kring, stasi dan kategorial tentang pentingnya pelayanan dan membangun kerjasama dalam langkah pastoral gereja. Kegiatan ini dimulai pk 10.00, setelah berangkat dari gereja paroki pk 08.45. Dan berakhir pk 15.00.
Dalam kesempatan pembekalan ini diungkap pentingnya kesatuan karya pastoral. Para fungsionaris kring, stasi dan kategorial menjadi perpanjangan tangan pastor dalam arah pastoral. Kedudukan dan wartabat umat beriman dalam tugas imam nabi dan raja, semakin menyatu bersama tugas imamat tahbisan yang mengembang tri tugas KRistus tersebut. Dalam realisasinya, arah pastoral bersama di paroki dapat semakin menjadi kekuatan bersama. Oleh karena itu penataan tentang adanya tertib adminsitrasi seperti pembukuan di masing kring dan stasi (sperti catatan warga, catatan penerimaan sakramen, catatan kematian, sejarah kring) perlu dilakukan. Selain itu ditampilkan tata kelola keuangan gereja sehingga kebutuhan umat semakin terfasilitasi.
Selain hal-hal tersebut para fungsionaris diajak untuk menyuarakan hal yang sama dengan apa yang sudah digariskan dalam kebijakan pastoral paroki seperti pedoman penerimaan sakramen. Jangan sampai ketua kring malah tidak mengetahui kebijakan apa yang perlu disikapi seperti bagaimana menjawab permohonan umat berkaitan dengan permohonan permintaan peringatan orang meninggal. Di paroki disepakati ada 3 kali kesempatan untuk misa intensi bagi peringatan orang meninggal. Sebagai ketua kring, stasi diharapkan dapat menyampaikan kepada umat sehingga kesempatan lain dilaksanakan tanpa ekaristi.
Demikian juga dikatakan bahwa ada tolok ukur keberhasilan dari pembekalan yaitu partisipasi umat dalam petugas tatib, kolekte dan persembahan semakin meningkat.
Demikian pembekalan pengurus kring dan stasi serta kategorial.

Selasa, 08 Maret 2011

Puasa Kog, Katekese Puasa Paroki St Petrus Pekalongan

Katekese Puasa

1. Apa itu puasa dan pantang?
Bagi Gereja Katolik puasa adalah kegiatan wajib umat beriman sebagai tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda mempersatukan pengorbanan dengan Yesus di kayu salib sebagai silih atas dosa dan demi mendoakan keselamatan dunia.

2. Apa hubungannya pantang dan puasa dengan masa prapaska?
Masa prapaskah adalah masa mempersiapkan paska. Dalam mempersiapkan tersebut pantang dan puasa menjadi sikap yang perlu dijalani. Selain itu masa prapaska dikenal sebagai masa dimana para calon baptis (katekumen) berpuasa sebelum dibaptis dan menjadi masa setiap umat beriman mendampingi para katekumen yang akan dibaptis. Setiap umat beriman juga mempersiapkan pembaharuan janji baptis dengan pantang dan puasa sebagai pembaharuan hidup berimannya.

3. Mengapa ada Aksi Puasa Pembangunan (APP)
KWI menyatakan bahwa pertobatan menjadi tindakan yang nyata. Selama masa prapaska ini gerakan pertobatan bersama dijalani dengan menjalani pantang dan puasa, menguatkan iman dan doa serta membangun keprihatinan dalam solidaritas sesama. Maka ada aksi bersama untuk membangun kehidupan rohani dan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa

4. Kapan masa prapaska dimulai?
Masa prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu dan berakhir pada Sabtu suci. Pada Rabu Abu semua umat beriman menerima abu pada dahi dengan menerima pesan sabda Tuhan, “Bertobatlah dan percayalah pada Injil”

5. Makna Penerimaan Abu dan siapa yang menerima?
Menerima abu di dahi mengingatkan manusia akan ketergantungan pada Allah. Manusia yang memiliki keterbatasan hanya bersandar pada belas kasih Allah. Penerimaan abu menjadi tanda pemurnian jiwa. Manusia yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah. Setiap umat beriman menerima abu mengawali masa prapaska.


6. Kapan waktu yang tepat untuk pantang dan puasa?
Gereja menganjurkan puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan 7 hari Jumat selama masa prapaska sampai Jumat Agung. Waktu lain diluar hari itu dianjurkan juga sebagai putusan atau niat tersendiri. Misalnya selama 40 hari dalam masa prapaska melakukan pantang dan puasa.

7. Cara berpuasa yang benar bagaimana?
Puasa berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang artinya tidak makan daging atau makanan lain. Untuk puasa makan kenyang 1 x sedangkan kesempatan lain bisa makan (snak, makan tidak porsi banyak). Bila mau serius makan 1x entah pagi, atau siang atau malam sementara yang lain tidak makan sama sekali.

8. Bagaimana dengan pantang?
Gereja menganjurkan setiap jumat adalah hari pantang daging. Hari Jumat dalam prapaska menjadi hari wajib pantang. Namun bila tidak biasa makan daging perlu mengganti makanan lain. Apa yang disenangi dan menjadi kebiasaan itu yang dipilih dihindari. Bisa berpantang garam, gula, gorengan, dsb. Atau pantang tontonan (TV), pantang menggunakan HP, rokok,kopi, dsb. Jadi intinya pantang tidak melakukan apa yang disenangi.

9. Apakah puasa sama dengan diet makanan?
Puasa Katolik berbeda dengan diet makanan. Kalau diet makanan itu menunjuk pada puasa jasmani misalnya untuk alasan kesehatan tidak makan daging, ikan, makan nasi, atau apa yang ditunjuk diet golongan darah. Kalau puasa katolik untuk jiwa dan raga. Bukan soal mengurangi makanan atau menghilangkan makanan tertentu melainkan menahan diri dari segala yang dilarang Allah.

10. Siapa yang berkewajiban pantang dan puasa?
Yang wajib pantang adalah yang sudah berusia 14 dan yang berpuasa adalah yang sudah dewasa sampai awal th ke-60. KWI menyatakan yang dewasa yang sudah berusia 18th. Namun bila di luar usia tersebut orang menjalankan pantang dan puasa sangat dianjurkan.

11. Apa tolok ukur keberhasilan pantang dan puasa?
Tolok ukur pantang dan puasa adalah pengendalian diri dan keinginan untuk merasakan sedikit penderitaan Kristus danmempersatukan pengorbanan kita denganNya di kayu salib demi keselamatan dunia. Jadi bukan kuantitas (jumlah makanan yang dikurangi atau kesenangan yang ditunda atau ditiadakan) melainkan kedekatan pada Tuhan dalam doa dan mendengarkan SabdaNya serta mencintai sesama dengan beramal (kualitas).

12. Kuantitas mudah kualitas sulit diukur?
Karena tujuan pantang puasa ada pada pertobatan maka tidak berhenti pada jumlahnya melainkan sikap dan niatnya. Maka kedewasaan pribadi yang ikut menentukan. Kalau sulit maka perlu dihayati yang standar atau yang diwajibkan menurut anjuran Gereja.

13.Puas diri dengan yang minimal?
Pantang dan puasa dalam Gereja Katolik adalah minimal. Maka perlu diiringi dengan langkah dan pilihan untuk semakin mencintai Yesus Kristus dan sesama. Perlu pula yang minimal itu dijalani dengan ketekunan seperti nasehat st Theresia dari Liseux, “Lakukanlah perbuatan-perbuatan yang kecil dan sederhana namun dengan kasih yang besar”.

14. Seperti apa puasa alkibatiah?
Puasa Musa yaitu 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 & Kel 34:28); Puasa Daud yaitu tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2Sam 12:16); Puasa Elia yaitu 40 hari 40 malam berjalan kaki (1Raj 19:8); Puasa Ester yaitu 3 hari 3 malam tidak makan dan minum; Puasa Ayub yaitu 7 hari 7 malam tidak bersuara (ayb 2:13), Puasa Daniel yaitu 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2); Puasa Yunus 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yun 1:17); Puasa Niniwe yaitu 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yun 3:7), Puasa Senin-Kamis adalah puasa orang Farisi (Luk 18:21); Puasa Yesus: 40 hari 40 malam di padang gurun dan melawan kuasa iblis dengan mendengarkan SabdaNya.

15. Apa jalan puasa yang relevan dalam mengikuti Yesus?
2 kor 3:18 mengatakan bahwa kita dipanggil untuk serupa dengan Kristus. Dalam kaitan itu ada 7 jalan puasa untuk menumbuhkembangkan kerohanian kita:
1). Jalan mistik yaitu banyak waktu untuk berdoa. 2)jalan kenosis –waktu untuk mengosongkan diri dengan menyangkal diri agar rahmat Allah berlimpah. 3) jalan metanoia – waktu untuk bertobat. 4)jalan rekonsiliasi – waktu untuk berdamai dengan mengampuni kesalahan orang. 5)jalan keadilan – untuk menegakkan keadilan. 6)jalan solidaritas – waktu untuk beramal dan 7)jalan pembebasan – waktu untuk membebaskan mereka yang terbelenggu baik secara batin maupun fisik dan membangun rahmat persaudaraan sejati bagi semua orang.

Minggu, 06 Maret 2011

Sosialisasi APP Paroki



Berkah Dalem.
Sosialisasi APP sebagai semangat pertobatan bersama dalam rangka prapaska dengan menggulirkan tema Kesejatian hidup mewujudkan diri semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah dilaksanakan di aula paroki Minggu 6 Maret pk 10.00. Hadir utusan kring dan stasi serta kelopmpok kategorial 45 orang.Sosialisasi diawali dengan ajakan dari romo paroki yang mengajak para utusan kring utk menjadikan masa prapaska sebagai masa retret agung. Berbagai kegiatan dilangsungkan utk mempersiapkan puncak hari Paskah dimana umat beriman memperbaharui janji baptis.
Setelah itu dilanjutkan beberapa informasi baik dari pengurus dewan yang mengajak pengurus kring bekerjasama membangun komunikasi. Demikian juga dari tim KS dan liturgi. Selanjutnya sosialisasi bahan APP baik utk bahan dewasa, anak maupun remaja. Secara teknis diatur jadual kunjungan tim pemandu sehingga kring kring yang jarang ada pendalaman iman sekurang kurangnya dapat berlangsung pertemuan. Demikian kegiatan sosialisasi APP yang sedang berlansung di paroki st petrus.
Bd/ifo

Sabtu, 05 Maret 2011

Rincian Pantang Puasa Keuskupan Purwokerto

KETENTUAN
PELAKSANAAN PANTANG DAN PUASA 2011
KEUSKUPAN PURWOKERTO

Dibacakan pada perayaan Ekaristi Sabtu sore 5 Maret dan Minggu 6 Maret 2011

1. Masa Prapaskah 2011 akan kita mulai pada Hari Rabu Abu, 9 Maret 2011. Selama masa prapaskah itu, sebagai orang beriman Katolik, demi hukum ilahi, kita akan melakukan pertobatan bersama dengan secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang (bdk. KHK Kan. 1249) .
2. Pada Hari Rabu Abu dan Hari Jumat Agung, semua orang beriman Katolik diwajibkan berpantang dan berpuasa; dan setiap Hari Jumat lainnya selama masa Prapaskah diwajibkan berpantang ( bdk. KHK Kan 1251).
3. Penetapan Hari Rabu Abu, Jumat Agung dan hari-hari Jumat lainnya selama masa Prapaska sebagai hari-hari pantang dan puasa adalah aturan minimal dari Hukum Gereja. Jika umat beriman Katolik ingin melaksanakan pantang dan puasa selama masa prapaskah lebih dari sekedar memenuhi tuntutan hukum yang minimal itu, patut dipuji.

4. Yang wajib berpantang ialah semua orang beriman Katolik yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan yang wajib berpuasa ialah semua orang beriman Katolik yang sudah berumur 18 tahun sampai awal tahun ke 60 (bdk. KHK Kan 1252 & Kan 97 § 1).
5. Pantang artinya kita tidak memakan daging atau makanan lain seperti garam, jajanan, rokok atau bisa juga pantang menggunakan handphone. Sedangkan Puasa artinya kita hanya diperkenankan makan kenyang satu kali dalam satu hari, dengan tidak dilarang untuk makan sedikit pada pagi dan sore hari, sehingga tercapailah makna puasa baik dalam arti kuantitas maupun kualitas (bdk. Paus Paulus VI, Konstitusi Apostolik Poenitemini, 17 Februari 1966 tentang Pantang dan Puasa).
6. Karya amalkasih yang secara khusus akan kita lakukan selama masa Prapaska merupakan wujud pertobatan bersama demi terciptanya semangat solidaritas bagi sesama. Karya amalkasih itu, salah satunya diwujudkan melalui pengumpulan dana Aksi Puasa Pembangunan (APP).
7. Setiap umat beriman Katolik yang sudah dibaptis dan dapat menggunakan akal budinya, wajib mengakukan dosa-dosa beratnya sekurang-kurangnya sekali setahun dan bagi yang sudah menerima komuni pertama wajib menyambut Tubuh Tuhan pada masa Paskah, kecuali bila ada alasan wajar, hendaknya dipenuhi pada lain waktu dalam tahun itu (bdk. Kan. 920 dan 989).
8. Tidak ada larangan melangsungkan perkawinan selama masa Prapaska dan juga masa Adven; tetapi sedapat mungkin dihindari pesta meriah yang kurang sesuai dengan suasana tobat (bdk. Statuta Keuskupan Regio Jawa Pasal 136 no. 3).

Purwokerto, 1 Maret 2011





+ Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup Keuskupan Purwokerto

Surat Gembala Uskup Menyambut Prapaska

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2011 KEUSKUPAN PURWOKERTO
(dibacakan sebagai pengganti homili, dalam setiap Misa, Sabtu / Minggu, 5/6 Maret 2011)


“SEMAKIN MENJADI TANDA HADIRNYA KERAJAAN ALLAH”

Saudara-saudari Umat Katolik Keuskupan Purwokerto yang terkasih,

1. Pada Hari Rabu mendatang kita memasuki Masa Puasa, masa pertobatan untuk menyongsong Hari Raya Paskah. Selama masa Prapaskah kita diajak untuk mendalami tema pertobatan yang sudah kita pilih, yaitu “Kesejatian dalam mewujudkan diri: Semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah”. Tema ini dipilih dalam rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan; syukur atas kebahagiaan hidup sebagai orang beriman yang dianugerahi keselamatan; syukur atas penyertaan Allah di dalam menggulirkan renstra karya pastoral yang kedua dan syukur kepada Tuhan atas usia lima puluh tahun hirarki Gereja Indonesia. Dalam suasana gembira dan syukur ini, saya mengajak seluruh Umat Katolik untuk semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat.
2. Sejak awal tampil di depan umum, Tuhan kita Yesus Kristus mewartakan bahwa ‘Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1, 15; Mat 4, 17, Luk 10, 11); bahkan Kerajaan Allah sudah datang (Mat 12, 28). Kerajaan Allah diibaratkan benih yang ditaburkan di ladang hati banyak orang (Mrk, 4,11-20); benih itu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan serta menghasilkan buah di dalam diri manusia. Bahkan Yesus tidak hanya mengajarkan tentang Kerajaan Allah; Dia sendiri merupakan tanda hadirnya Kerajaan Allah. “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11, 20). Melalui karya-karya-Nya, antara lain: pengusiran setan, penyembuhan orang sakit, pemberian makanan, dan sebagainya, Yesus menampakkan hadirnya Kerajaan Allah bagi banyak orang. Menggunakan istilah bacaan pertama pada Minggu ini, Kerajaan Allah hadir, sejauh hidup manusia menjadi berkat bagi orang lain melalui karya dan kegiatan sehari-hari.

Saudara-saudariku yang terkasih,

3. Bagaimana caranya supaya kehidupan Umat Katolik menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah? Injil yang dibacakan pada Minggu ini memberikan inspirasi, yakni supaya para murid Kristus bersedia untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa kita, dan bukan semata-mata berbuat kebaikan demi nama Tuhan. Melaksanakan kehendak Bapa di surga maksudnya bersedia untuk meluhurkan Sabda Allah dan menyediakan diri untuk ditempati oleh Sabda Allah itu. Kitab Ulangan memberi inspirasi supaya para murid Kristus menaruh perkataan ilahi dalam hati dan jiwa, maksudnya dalam pikiran, angan-angan, dan dalam kehidupan. Mereka juga diminta agar perkataan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi (ay. 11, 18). Dengan cara demikian, para murid Kristus dapat berbagi hidup dengan Bapa dan menemukan kebahagiaan sejati.
4. Dengan menggunakan perumpamaan, Yesus mengajarkan bahwa orang yang membiarkan dirinya diresapi oleh Sabda Tuhan, orang itu akan menjadi bijaksana; orang bijak itu seperti rumah yang dibangun di atas wadas, yakni tetap kokoh sekalipun diterjang badai. Sebaliknya, orang yang tidak mau diresapi Sabda Tuhan, akan menjadi orang bodoh, seperti rumah di atas pasir; rumah tersebut akan hancur diterjang badai. Kebijaksanaan merupakan jalan menuju keselamatan dan kebodohan merupakan jalan menuju kehancuran. Inilah cara bagi murid Kristus untuk menghayati hidup keagamaan secara benar dan cara untuk membangun kehidupan baru; kehidupan yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dan bukan menjadi kutuk.

Saudara-saudari yang terkasih,

5. Selanjutnya, apa yang perlu diperjuangkan oleh Umat Katolik, supaya hidupnya dapat menjadi berkat bagi sesama? Tidak ada cara lain kecuali bersedia terlibat di dalam kehidupan internal Gereja dan masyarakat, seperti keterlibatan Tuhan kita Yesus Kristus atas suka duka kehidupan masyarakat saat itu. Keterlibatan Umat Katolik bukan untuk membuat berbagai macam mukjizat atau karya-karya yang ajaib, melainkan keterlibatan di dalam membangun dan memajukan kehidupan umat dan masyarakat menuju kesejahteraan bersama.
6. Kami sungguh bersyukur bahwa ada banyak Umat Katolik telah terlibat di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya dalam pembinaan dan pendampingan kaum muda melalui berbagai gerakan dan kegiatan pembinaan yang tepat. Mereka adalah masa depan bangsa dan Gereja; kaum muda sungguh membutuhkan guru dan teman, pembina dan pendamping, di dalam peziarahan mereka menuju perkembangan kepribadian yang utuh dan dewasa.
7. Kami juga bersyukur atas keberadaan dan peran keluarga-keluarga Katolik, yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai luhur manusiawi dan iman kristiani. Kami sungguh bangga akan keluarga-keluarga Katolik yang mampu menghayati dan mengembangkan kasih dan kesetiaan sepanjang hidup. Namun demikian kami juga tidak menutup mata terhadap keluarga-keluarga yang mengalami berbagai macam persoalan dan kesulitan di dalam membangun rumah tangga di jaman modern ini. Kami berdoa, semoga Bapa memberikan kekuatan dan pendampingan untuk menghadapi dan mengatasi berbagai macam persoalan dan kesulitan itu.
8. Kami juga bersyukur bahwa anda semua berusaha untuk menghayati kehidupan iman dan agama secara benar, sehingga anda tidak jatuh ke dalam perilaku formalisme agama. Tuhan Yesus mengingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru, “Tuhan, Tuhan”!, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Semoga anda semua mampu mengembangkan kehidupan rohani secara benar dan makin mampu menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah.
9. Kami juga bersyukur dan merasa bangga bahwa banyak umat Katolik terlibat aktif di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Keterlibatan aktif ini merupakan usaha untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi masyarakat luas. Tahun yang lalu kita telah bekerjasama dan berjejaring dengan berbagai pihak untuk mengatasi kenyataan kemiskinan melalui berbagai macam gerakan dan kegiatan. Saat ini kita masih menggulirkan fokus pastoral Tahun Keprihatinan Pertanian, yang merupakan guliran terakhir dari 5 prioritas karya pastoral.
10. Kami syukuri apa yang sudah kami lihat dan kami dengar bahwa banyak dari umat Katolik terlibat aktif dalam gerakan belarasa pertanian dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan gerakan, seperti: gerakan moral cinta pertanian, hari pangan sedunia, pengembangan tani organik, pengembangan Credit Union, pengadaan sapi untuk petani, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan menjadi sarana bagi Gereja untuk membagi berkat bagi banyak orang; menjadi sarana bagi Umat Katolik untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi sesama.
11. Bagi anda yang tidak menjumpai umat atau warga miskin dan permasalahan pertanian, karena anda tinggal di lingkungan hidup yang berkecukupan, anda dapat membantu lingkungan lain se-paroki atau membantu paroki lain se-dekenat yang anda rasakan menanggung beban dan permasalahan berat berkaitan dengan kemiskinan dan pertanian. Yang penting bahwa anda telah membangun sikap dan semangat pertobatan yang benar dan berusaha menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah bagi sesama.
12. Dalam suasana syukur ini, marilah kita tetap menyadari jati diri kita sebagai murid-murid Kristus yang terpanggil untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah baik secara pribadi atau bersama-sama sebagai Gereja. Selama empat puluh hari ini, kita tingkatkan kedekatan, keakraban dan kesatuan kita dengan Firman Tuhan yang menjadi dasar iman kita. Kita bangun kembali semangat kesederhanaan dan kerendahan hati sehingga kemuliaan Allah semakin tampak dan Kerajaan Allah semakin nyata dalam hidup kita sehari- hari. Selamat memasuki retret agung selama masa Prapaskah. Amin

Purwokerto, 1 Maret 2011

+Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup Keuskupan Purwokerto

Jumat, 04 Maret 2011

Stiker Mencintai Firman Tuhan


Umat katolik hampir memasuki masa prapaskah, suatu masa untuk mengolah batin, membangun sikap tobat dan mendekatkan diri pada Allah melalui renungan-renungan atas penderitaan dan wafat Yesus Kristus. Misteri iman ini sudah terjadi rutin setiap tahunnya, dan untuk menghindari kejenuhan serta rutinitas ibadat perlulah dicoba kegiatan pendalaman iman yang menarik dan kreatif. Memang tiap paroki berbeda-beda kondisi dan antusiasmenya. Di Paroki St. Petrus Pekalongan kegiatan pendalaman iman APP kurang diminati oleh sebagian kring dan stasi. Juga tidak semua kring memiliki orang yang bisa memandu pendalaman iman. Maka pada tahun ini ada pembagian pemandu untuk bertugas di kring-kring yang selama ini tidak ada kegiatan pendalaman imannya karena tidak memiliki pemandu.

Langkah kreatif yang lalu ditempuh tim Kitab Suci DPP ialah dengan membagikan stiker yang mengajak tiap keluarga berdoa bersama dan membuat jam hening untuk baca kitab suci. Pelaksanaan jam hening utk baca kitab suci ini sebagai ungkapan iman di tahun syukur dengan menumbuhkan laku tobat dan amal kasih, wujud kehadiran Allah. Tim ini sedang mempersiapkan renungan harian untuk membantu pendalaman iman keluarga melalui jam hening tersebut.

Lain halnya dengan kreativitas yang dibuat tim Kitab Suci stasi St. Mikael Wiradesa. Mereka merencanakan kegiatan pendalaman iman yang berbeda dengan sebelumnya. Sangat memprihatinkan bahwa sebelumnya terjadi “keterpaksaan untuk ikut pendalaman iman”. Kegiatan pendalaman iman tidak diminati oleh umat sehingga tim kitab suci harus mencari waktu dan menyisip-nyisipkan di sela-sela kegiatan latihan koor yang jelas akan dihadiri umat. Pernah terjadi hanya 10 menit disampaikan bahan pendalaman. Apakah itu menjadi bentuk pendalaman iman? Pernah pula dari 4 bahan pertemuan disampaikan dalam satu kali pertemuan yang singkat waktunya. Sungguh memprihatinkan. Rupanya, yang sering ditakuti umat dalam pendalaman iman adalah sharing pengalaman. Umat tidak mudah untuk membagikan pengalaman apalagi dikaitkan dengan isi bacaan kitab suci. Belum lagi bila terjadi debat dan diskusi yang lalu berujung konflik pribadi. Oleh karena itu dalam masa prapaskah ini, tim kitab suci hanya akan mengambil bacaan kitab suci dari buku panduan APP, lalu melakukan LECTIO: membaca bersama/bergilir/pribadi, lalu Consideratio: memandang pengalaman sendiri dalam hubungannya dengan bacaan kitab suci, lalu membuat NIAT/KEHENDAK untuk melaksanakan firman Tuhan secara konkret dan akhirnya ditutup dengan PENEGUHAN dari Romo. Berarti kehadiran Romo selama 4 kali pertemuan akan dinanti umat. Selama masa prapasakah kegiatan ini direncanakan sebanyak 4 kali. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembalikan kecintaan umat pada Kitab Suci dan mempersiapkan batin untuk merayakan misteri Paskah.