Jumat pagi, 10 April 2009 Gereja ramai. Beberapa orang sudah mulai sibuk memilih-milih kostum yang hendak ia pakai, sementara di sisi lain beberapa ibu mulai membuka peralatan make up untuk merias para pemain.
Pagi ini, Gereja St. Petrus akan mengadakan visualisasi Kisah Sengsara Yesus Kristus yang mengambil tempat di dalam gedung gereja. Visualisasi kisah sengsara di mulai pukul 07.00 WIB maka tidak heran apabila 1 jam sebelumnya, beberapa ruang di lt. 2 telah penuh dengan orang yang hendak "dandan".
Visualisasi Kisah sengsara ini baru diadakan tahun ini, 2009, setelah beberapa tahun lalu sepi. Ini menjadi suatu jawaban atas kerinduan umat yang ingin merenungkan kisah sengsara Yesus Kristus secara lain. Dengan berbagai keterbatasan, waktu latihan, sulitnya mencari pemain, mereka berusaha untuk mempersembahkan diri secara maksimal. Selain itu kami bersyukur pula bahwa banyak umat yang turut terlibat dalam proses persiapan visualisasi ini sehingga visualisasi dapat berjalan dengan lancar. Kisah Sengsara Yesus Kristus menjadi suatu permenungan amat dalam yang mengantar kita untuk bertolak lebih dalam pada suatu kekelaman derita. Bahwa dalam kekelaman derita itu ternyata ada keselamatan. Keselamatan itu datang dari Allah melalui Yesus Kristus yang menjadi manusia, hidup setaraf manusia, dan dengan kesediaan yang dalam Ia merelakan diri mati di salib demi mengangkat kita semua manusia berdosa. Inilah kegetiran yang dialami oleh Yesus sewaktu berdoa di taman Getsemani,
"Bapa telah Kujalani hingga hari ini semua yang Kau rencanakan untuk-Ku. Sejak Kau kirim Aku ke rahim perempuan itu hingga Aku lahir sebagai anak manusia yang miskin dan lugu. Telah Kulakukan pula berbagai pekerjaan ajaib demi nama-Mu sebab tetap Ku pegang seutuhnya janji-Ku untuk setiap sampai Kurampungkan semua itu dipuncak Golgota. Tapi malam ini Kusaksikan akhir yang mengenaskan terbayang dibawah cahaya bulan. Ku raba tubuhKu yang fana, “Aku ini manusia dengan daging yang mudah luka”. Genggam jantung-Ku dan hitung denyutnya sebanyak itulah ketakutanKu pada salib dan siksa. Tapi Aku sudah tidak mungkin lagi tidak peduli. Aku telah mengenal dengan baik kehidupan manusia dengan lembah-lembah duka yang menganga serta lekak-liku yang paling gulita dari hidup mereka. Telah Kupercayakan mereka yang Kubawa pada cahaya. Maka, seperti lahir di puncak Golgota akan Kuhadirkan cahaya di hati mereka hingga tubuh-Ku habis menguap dan lenyap di udara".
Semoga kita diteguhkan untuk semakin setia mengikuti-Nya, berani memikul salib, dan berani mempersembahkannya bagi Allah, serta mempersatukan-Nya dengan kehendak Allah, Sang Sumber Hidup (frtri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar