Kebersamaan dalam Keberagaman menjadi kekuatan membangun bangsa. Begitulah tema sarasehan bersama walikota di aula paroki St Petrus Pekalongan. Acara yang digelar sebagai tindaklanjut gerakan formalisme agama ini dihadiri oleh kalangan agama baik Konghucu, Hindu, Budha, Protestan dan Islam serta umat katolik St Petrus. Hadir sekitar 75 orang lintas agama.
Dalam kesempatan tersebut walikota Pekalongan mengingatkan proses demokratisasi bangsa yang terjadi dengan bisa menerima perbedaan baik suku, agama, golongan. Dalam pengalaman hidupnya dijumpai kekuatan untuk membangun kehidupan dengan kekuatan religius. Bila masyarakatnya religius niscaya keanekaragaman akan dihargai. Kekuatan itu ditunjukkan dengan membandingkan negara yang berpenduduk besar. CHina negara terbesar pertama memiliki mayoritas agama Budha, India memiliki Hindu, Amerika Serikat Kristen Protestan dan Indonesia dengan agama mayoritas Islam. Dengan kekuatan religius sebagai dasarnya terciptalah demokratisasi. Bahkan dirancang semangat agar kota pekalongan masyarakatnya LEBIH CEPAT RELIGIUS. Itulah visi yang akan dikembangkan.
Arah ini mengajak semua pihak lintas agama dan iman untuk bersama mewujukan kepedulian dalam gerakan Percepatan Pengentasan Kemiskinan. Program pemerintah dengan pengentasan kemiskinan yang tertuang dalam perda ini memiliki arah pengentasan orang miskin untuk dapat bersekolah, dapat pelayanan kesehatan dasar, dapat berusaha, memiliki lembaga untuk mengentaskan dirinya sendiri dan memiliki lingkungan yang layak huni.
Di cita-citakan pula kondisi Pekalongan yang memiliki budaya pengelolaan sampah secarai baik, penghijauan dan kebersihan sungai. Cita-cita ini pula mendorong siapa saja untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Hal serupa ditegaskan dalam sambutan romo paroki bahwa kenyataan kemiskinan menjadi tantangan bersama. Dengan mengutip surat Gembala Bp Uskup Purwokerto memasuki Prapaskah ajakan mewujudkan gerakan bersama ini menjadi realisasi nyata dari hidup beragama dan beriman. SElain itu dukungan kepada negara diwujudkan dengan melakukan pemilihan tanpa menjadi anggota "golput".
Di acara tersebut juga disharingkan pengalaman berdinamika bersama dalam keberagaman. Sdr Subhan pelopor dan penggagas Forum Kerukunan Masyarakat Pekalongan menceritakan bahwa pada awalnya juga mengalami pertentangan baik dari diri sendiri maupun rekan-rekannya sendiri tetapi pengalaman perjumpaan dengan rm Mangunwijayalah yang dapat mengubah cara pandang sehingga bisa menerima perbedaan.
Acara saresehan ini berakhir pk 22.30. Bp Walikota yang datang pk 21.00 mendapat sambutan hangat dari umat lintas agama ini. Selanjutnya tinggal bagaimana mewujudkan kebersamaan dalam langkah yang nyata. Namun sekurang-kurangnya ini menjadi kesempatan untuk mendapatkan penyadaran/ konsientisasi dalam membangun keberagaman.
Berkah DAlem/dian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar