Acara pisah sambut dandim pekalongan hari ini berlangsung dengan lancar dan meriah. Yang hadir kebanyakan tokoh-tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, pejabat TNI-Polri dan dan para ulama. Sebelum acara ini dilakukan, upacara serah terima jabatan dandim 0710/Pekalongan dari Letkol Inf. Sapriadi,S.IP kepada Letkol Inf Sugi Mulyanto dilaksanakan di Lapangan Manunggal TNI-Rakyat.
Acara lepas sambut diisi dengan aneka sambutan sebagai ungkapan terima kasih, selamat jalan dan selamat datang. Yang memberi sambutan ialah dandim lama dan baru, walikota pekalongan; Bp. Baasyir Achmad, bupati pekalongan. Hj. Siti Komariah, Kapolwil Pekalongan, Danrem, dan sesepuh ulama/masyarakat pekalongan; Bp. Habib Lutfi bin Yahya (ketua MUI Jateng). Bupati dan walikota memuji peran serta dandim dalam mewujudkan iklim hidup yang kondusif di kota maupun kabupaten pekalongan. Mereka masing-masing setelah sambutan diminta menyumbangkan sebuah lagu.
Oleh Habib ditekankan bahwa baginya tidak ada pisah sambut, selagi kita masih di bumi Indonesia, kita tetaplah satu, jangan melihat orang lain sebagai musuh, melainkan pandanglah dengan kasih sayang, maka perkataan dan perbuatan kita pun akan keluar dengan sangat indah dan menyatukan. Bersyukur bahwa kini Pekalongan tidak lagi seperti sumbu pendek, yang mudah disulut oleh permusuhan.. . Semangat persatuan dalam keragaman mesti dijaga dan dikembangkan menjadi sebuah kekayaan. Dalam sambutan sesepuh umat di Pekalongan ini terlihat semua mata memandang beliau, tenang tanpa obrolan, dan bertepuk tangan bila kata-katanya menyentuh. Sungguh Habib dengan penuh kharisma menyampaikan pesan-pesannya dengan sangat baik.
Setelah itu dilanjutkan acara ramah tamah, makan siang lalu selesai. Setelah makan saya sempatkan untuk berfoto bersama pak Sapriadi dan Habib. Pak Sapriadi bersemangat mengenalkan saya dengan Habib karena kebiasaan bertemu dan jogging bersama di alun-alun hampir tiap pagi. Awalnya saya pikir pak sapriadi orang katolik dan bukan dandim karena beliau dan istrinya selalu menyapa saya selamat pagi lebih dulu. Entah dari siapa mereka mengenal saya sebagai romo. Eh gak taunya.. pak sapriadi non katolik..hehe. . Dari kebiasaan yang non seremonial kami saling mengenal, makin dekat dan dalam acara yang seremonial ternyata semakin terasa dekat. Ibu sapriadi bersama seorang pegawai pemda katolik pernah mengajak saya makan swieke di daerah warung asem tapi tidak terlaksana, karena dengar dari anak buahnya bahwa warung itu tempat mangkal wanita2 gak beres dan milik seorang germo..haaaha. .akhirnya acara batal dech..
Untuk kesehatan saya, Habib juga memberikan tips supaya saat makan dan setengah jam setelah makan jangan minum. biarkan enzim-enzim yang keluar di mulut dan gusi kita menjadi obatnya dan jangan biarkan air minum melarutkannya. Jika enzim itu terbuang oleh air, tak ada pencegahan penyakit dalam tubuh kita. Habib menceritakan pada saya bagaimana selama bertahun-tahun mempraktekkan kebiasaan itu. Saya hanya mengangguk-angguk dan akan mencobanya.. Setelah itu saya bersalaman dan mohon pamit. Pesan Pak Dandim untuk tetap jogging pagi di alun-alun saya jawab dengan kata, "beres, siap pak"
Selamat bertugas di tempat yang baru.dari makodim 0710/pekalongan/ mardius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar