Sabtu, 05 September 2009

Menanamkan Nilai Pluralitas sejak dini

Pagi ini, pukul sembilan Gereja Santo Petrus Pekalongan dikunjungi anak-anak SDN Klego I Pekalongan. Tidak ada satupun dari mereka yang (kurang lebih 60 an anak) beragama katolik atau kristen. Semua anak perempuan memakai jilbab, demikian pula para ibu guru mereka. Ibu Nirmalawati dalam sambutan "kulo nuwun-nya" mengungkapkan tujuan kunjungan tersebut, yakni untuk memperkenalkan kepada anak-anak tempat-tempat peribadatan. Dalam pelajaran kewarganegaraan mereka tidak diharapkan sekedar membaca buku dan melihat gambar dalam buku-buku, melainkan mengalami sendiri kunjungan ke dalam gedung gereja, mengenal pemimpinnya, nama kitab sucinya, jam peribadatannya dan sebagainya. Saya berusaha menyambut baik kedatangan mereka. Dengan memakai jubah saya perkenalkan diri sebagai Romo atau pastur. Pandangan anak-anak seakan melihat sosok pemimpin agama yang asing, namun biarlah hal itu terekam dalam pikiran mereka dan dibawa dalam perjalanan hidup hingga kelak. Mereka juga tercengang melihat patung-patung. Saya jelaskan peran patung dalam peribadatan, bukan untuk disembah tetapi sebagai sarana makin merasa dekat pada Tuhan. Juga ada yang bertanya tentang kitab sucinya. Kebetulan di laci bangku ada kitab suci yang saya perbolehkan untuk dipegang anak-anak. Mereka selama ini mengenal injil sebagai kitab suci agama katolik, lalu saya jelaskan bahwa injil itu adalah salah satu bagian dari Alkitab. Mereka semula mengira semua agama kristen itu sama saja, sekarang mereka mengenal bahwa ada kristen protestan dan kristen katolik yang ternyata berbeda. Tidak lama setelah mereka duduk dan mendengarkan penjelasan dari saya, saya ucapkan terima kasih kepada anak-anak dan semua guru yang telah membimbing mereka untuk berkunjung ke gereja. Akhirnya saya tutup dengan mengingatkan semboyan bhineka tunggal ika, dan mereka menjawab dengan lantang dan semangat; berbeda beda namun tetap satu. Mereka pamitan, bersalaman satu persatu dengan romo dan mengucapkan "terima kasih Romo"
Demikian pengalaman mereka, walau sejenak namun akan terekam kuat dalam benak mereka. Semoga pengalaman in i menjadi sarana penanaman nilai pluralitas sejak dini di bumi kota santri pekalongan. Ada harapan langit cerah di atas bumi kota santri masa depan.

mardius//penerima tamu.

Tidak ada komentar: