dok. Internet |
Selama tiga hari berturut-turut (Selasa-Kamis, 2-4 April
2014) umat berolah rohani
merenungkan "Paguyuban Murid-Murid Yesus menurut Injil Sinoptik."
Tema ini diselaraskan dengan dinamika Gereja Keuskupan Purwokerto yang mengolah
"Tahun Pemberdayaan Paguyuban." Permenungan triduum difasilitasi oleh
ketiga romo paroki St. Petrus
Pekalongan. Triduum dimulai pukul 04.45 - 06.00 dirangkai dengan ekaristi
harian. Sesudah perayaan ekaristi, seluruh umat menikmati "tea and
coffee morning" di aula paroki.
Hari pertama triduum dibuka oleh Sheko Swandi M, Pr yang merenungkan
tema panggilan para murid pertama menurut Injil Markus. Umat melihat latar
belakang penginjil, konteks hidup, dan gambaran komunitas/paguyuban menurut
Markus. Permenungan tentang komunitas disarikan dari para murid yang
"menyertai dan tinggal bersama Yesus." Tujuan dari hidup dan tinggal
bersama Yesus ialah agar para murid dapat menyesuaikan cita-cita, semangat hidup mereka
dgn cita-cita, semangat dan hidup Yesus. Mereka TERLIBAT SEPENUH dan SEUTUHNYA
dengan hidup Yesus.
Inilah semangat kemuridan yang Yesus tawarkan kepada kita. Permenungan di hari pertama ditutup dengan
ekaristi oleh Tri Kusuma, pr.
Hari kedua triduum difasilitasi oleh M. Maryoto, Pr yang mengambil
inspirasi dari Injil Matius (Injil Gerejawi). Melalui Injil Matius, Maryoto, pr
mengajak umat melihat komunitas (Gereja) sebagai organisme. Penginjil Matius
menggunakan kata 'gereja' (ekklesia, Mat 16:18; 18:17) di dalam
tulisannya. Bahan-bahan yang
digunakan Matius pun bersentuhan dengan
organisasi gereja dan katekese gereja yang
disusun dalam bentuk lima kotbah. Bersama Matius, umat merenungkan pusat hidup
gereja yang selalu merayakan karya penyelamatan Tuhan dalam ibadah. Permenungan
hari kedua ditutup dengan ekaristi oleh Sheko Swandi M, pr
dok. Internet |
Sementara hari ketiga triduum difasilitasi oleh Tri Kusuma, pr dengan
mengambil inspirasi dari Injil Lukas. Refleksi di hari ketiga lebih menekankan
bagaimana Gereja menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan Allah. Menurut refleksi
Ig. Suharyo, pr, Lukas menggambarkan Gereja sebagai buah Roh Kudus
yang dicurahkan oleh Kristus yang bangkit; didirikan atas dasar para
rasul, yang adalah saksi-saksi berwibawa atas kebangkitan Yesus Kristus,
pewarta injil yang setia yang dengan berani memberitakan keselamatan (Kis
1-12). Kehadiran Gereja sebagai sakramen diwujudkan melalui sikap inklusif dan
kepedulian terhadap situasi aktual di sekitarnya. Kehadiran Yesus ke dunia
membawa misi keselamatan yang ditawarkan kepada semua orang khususnya mereka
yang miskin, menderita, dan tertindas. Gereja Lukas adalah Gereja yang terbuka
terhadap realitas dunia. Gereja bukanlah lembaga atau persekutuan yang berjarak
dengan sekitarnya melainkan Gereja yang mau turun ke bawah, berjumpa dengan
orang miskin dan menderita. Dalam
permenungan hari ketiga, umat diajak untuk menyatukan misi hidupnya dengan misi
Yesus sendiri, "Mewartakan kabar gembira kepada semakin banyak
orang." Permenungan ini ditutup dengan ekaristi yang dipimpin oleh Sheko
Swandi M, pr.
Pengolahan rohani selama tiga hari diharap membekali umat dalam membangun komunitas kemuridan di Gereja St. Petrus Pekalongan. Komunitas yang mengenal Yesus secara mendalam, komunitas yang berkumpul-berdoa, dan komunitas yang bermisi selaras dengan misi Yesus sendiri. Selain itu, triduum menjadi kesempatan umat untuk mempersiapkan hati dalam memasuki dan merayakan pekan suci. (trikuspr)
Pengolahan rohani selama tiga hari diharap membekali umat dalam membangun komunitas kemuridan di Gereja St. Petrus Pekalongan. Komunitas yang mengenal Yesus secara mendalam, komunitas yang berkumpul-berdoa, dan komunitas yang bermisi selaras dengan misi Yesus sendiri. Selain itu, triduum menjadi kesempatan umat untuk mempersiapkan hati dalam memasuki dan merayakan pekan suci. (trikuspr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar