dok. R. Edy |
Para siswa menyiapkan drama kisah sengsara sejak bulan Februari yang diawali dengan menonton video Kisah Sengsara Yesus. Melalui video itu mereka dibantu untuk menemukan karakter setiap peran di dalam kisah itu. “Aku sangat sedih saat melihat Yesus disiksa, dicambuk oleh para prajurit. Aku seolah merasakan apa yang dirasakan Yesus pada saat itu,” ungkap Halus.
Dalam setiap latihan mereka didampingi oleh
Bang Billy. Dia adalah guru seni (teater) yang terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler seni di SMA Bernardus. Di tengah persiapan mereka terkadang
merasa getir dan takut seandainya tidak bisa mengingat naskah dengan baik. Akan
tetapi melalui dukungan dan perhatian para romo, guru dan keluarga mereka
mencoba menepis ketakutan dan kegetirannya dengan mempersembahkan yang terbaik.
dok. R. Edy |
Sejak pukul 05.00, para pemain bersiap di
ruang make-up untuk didandani. Jelang
pukul 07.00, umat mulai berdatangan memenuhi seluruh gereja. Dekorasi sederhana
mengubah altar menjadi panggung sengsara.
Kisah Sengsara Yesus berlangsung khusyuk. Umat
menyaksikan adegan demi adegan dengan penuh perhatian bahkan tidak sedikit dari
mereka terhanyut dalam kesedihan rohani sampai meneteskan air mata kasih yang
mendalam. “Aku sangat bersyukur telah berperan sebagai Yesus. Rasa sakit dan
memar yang kurasakan rasanya belum seberapa berat dengan apa yang dialami
Yesus. Aku terharu betapa dalam pengorbanan Yesus bagiku. Yesus sangat mencintaiku.
Dia mencintai dengan darah dan kematian demi kebahagiaan kekal.” Ungkap Halus
mengakhiri sharingnya. (Tri Sulistyo
Nugroho/SMA Bernardus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar