Minggu, 28 November 2010

Pelantikan Pengurus WKRI Ranting St Mikael

Pelantikan WKRI Ranting St Mikael Wiradesa dilaksanakan berbarengan dengan perayaan ekaristi Minggu Adven I. Bertempat di Kapel St Mikael Wiradesa, pelantikan dilaksanakan oleh pengurus WKRI Cabang Pekalongan. Terpilih sebagai ketua Ranting St Wikael adalah ibu Susi.Bersama pengurus lain, mereka mengucapkan janji pengurus dan menyanyikan lagu mars WKRI setelah menerima berkat dari romo.
Dalam sambutannya, Ibu Susi mengatakan, "Terima kasih banyak atas kepercayaan untuk pelayanan ini. Meski terasa berat tetapi kita berharap akan mendapat dukungan dari semua umat dan pembinaan dari pengurus cabang sehingga WKRI semakin maju." Sementara romo paroki sekaligus moderator, mengatakan bahwa peristiwa pelantikan pengurus ini semestinya membuka mata agar umat semakin aktif terlibat dan membangun kegembiraan dalam pelayanan Gereja. Bagaimana tidak? Satu-satunya prodiakon stasi sekarang menjadi ketua WKRI. Bukan karena ingin menjabat melainkan karena rendah hati tidak mudahnya menemukan mereka yang rela berbagi pelayanan.
Setelah pelantikan, diadakan perjamuan bersama umat. Pelantikan dalam ekaristi itu berlangsung 1.5 jam.

Gemar Makan Ikan (Gemaki)


Anak-anak zaman sekarang suka makan yang enak, siap saji, snack yang renyah gurih dan mudah didapat, tetapi tidak tahu apakah yang dikonsumsi itu berbahaya bagi tubuh atau tidak. Mungkin orangtuanya juga tidak memberi pengertian kepada mereka. Tadi pagi saya bertanya pada anak-anak TK dan ternyata hampir semua tunjuk jari karena suka KFC (kentucky fried chicken). Saya beritahu mereka bahwa KFC berasal dari daging ayam, yang dipelihara dengan suntikan kimia dan pakan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Lalu saya tawarkan untuk suka makanan yang sehat dan bergizi. Yang enak belum tentu baik bagi tubuh kita.
Sejak pukul 08.00 anak-anak TK St. Yosep sudah berkumpul di aula paroki. Mereka datang ke gereja bukan untuk misa atau berdoa, tetapi untuk belajar mengenal binatang, khususnya budidaya ikan lele itu. Untuk contoh, saya masukkan lele dalam pelbagai ukuran dalam bak transparan dan toples mulai yg kecil hingga yang ukuran se-paha orang dewasa. Mereka heran dan tertarik ketika melihatnya. Saya tunjukkan perbedaan betina dan jantannya, bentuk fisiknya, letak patilnya, dan bagaimana berkembang biaknya. Saya menjelaskan juga bagaimana watak ikan lele, mulai dari cara makannya; saling berebut, berkelahi, yang lemah dadi santapan serta tidak bisa hidup dan berkembang dalam perbedaan. Juga saya paparkan bagaimana memelihara ikan lele dan di situ kita belajar untuk tekun dan menyayangi kehidupan. Saya promosikan pula GEMAKI, gerakan makan ikan : yang membuat badan menjadi sehat karena makan makanan bergizi bukan makan makanan yang terkontaminasi bahan beracun bagi tubuh. Anak-anak yang berjumlah sekitar 170 an itu tampak senang dan terhibur. Mereka lebih senang lagi ketika makan bersama, lauknya lele goreng dan mangut lele. Untuk kegiatan anak-anak ini, saya ambil 25 kg lele dan dipotong-potong sejumlah 185 potong. Para guru saling berbagi tugas untuk menggorengnya. Tadi mereka makan sampai puas dan beberapa sempat mengatakan, "enaaak skali Romo". Setelah makan mereka menuju ke tempat budidaya ikan lele di samping gereja, tempatnya pinggir kaliloji. Tujuh kolam mereka kunjungi sambil berdesak-desakan dan bersuka ria. Mereka pulang pukul 10 30, dan setelah itu para guru berkumpul untuk evaluasi. Ada ide baik juga bila suatu kali anak-anak diajak melihat dan terlibat dalam penanaman sayur dalam pot, juga buah dalam pot. Sayuran yang dipelihara secara organik akan menanamkan sikap selektif sejak dini tentang makanan sehat bagi tubuh. Menyayangi Tuhan berarti juga menyayangi tubuh.

modi/pklgn.

Senin, 01 November 2010

Puncak HUT 80th Paroki


Diawali kesenian jathilan dari kranggondang di halaman gereja perayaan puncak HUT paroki dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Oktober 2010. Umat yang datang mulai pk 15.00 menyaksikan pentas jathilan tersebut yang berlangsung sd 16.30. Beberapa orang sempat mengalami trans namun dapat diatasi oleh kru sehingga makin membuat acara lebih meriah.
Selanjutnya umat yang datang dengan mengenakan baju batik berkumpul di sekitar gunungan yang berada di halaman parkiran Gereja. Selain gunungan besar yang berisi aneka ragam jajanan pasar, ada gunungan buah yg dibawa oleh kring dan stasi. Gunungan-gunungan tersebut di doakan dan diberkati oleh romo paroki dan diarak ke dalam gereja. Iringan jathilan menghantar sampai pintu gerbang utama gereja. Dalam perarakan gunungan tersebut para romo dan bp Uskup ikut serta.
Misa dipimpin oleh Bp Uskup J Sunarka didampingi rm paroki dan rm Sukmono MSC. Misa berlangsung 2 jam yang sekaligus berisi sambutan dari ketua panitia, rm paroki dan Bp Uskup. Romo Paroki mengungkapkan rasa gembira karena sepanjang perayaan umat tampak rahat. Malahan Bp Uskup berharap agar paroki Pekalongan dapat melahirkan paroki baru setelah Pemalang, Subah (yang kemudian dicabut) dan Batang sebagai ungkapan syukur HUT.
Setelah itu seluruh umat menikmati tumpeng bersama dari masing masing kring stasi dengan lebih dahulu Bp Uskup memotong tumpeng. Sayangnya gunungan yang digotong langsung dirayah habis sebelum rangkaian acara dimulai. Namun demikian umat merasakan kerahatan bersama. Beberapa persembahan lagu dari anak SD dan SMP Pius juga TK st Yosep dan SMA Bernardus jg kelompok tari country dan pengumuman pemenang lomba. Acara berakhir pk 20.30. Ndherek Gusti Rahat sakpore.